Cukup Sampai Di Sini
Itu yang saya ucapkan ketika layar Football Manager 2014 menunjukan dalam 1-2 hari ke depan, saya akan memasuki musim ke-tiga, musim 2015-2016. Cukup sampai di sini, saya gagal membawa 1860 Munich promosi ke Bundesliga. Cukup sampai di sini, saya gagal meraih target pribadi saya untuk membawa 1860 Munich promosi ke Bundesliga, paling lambat akhir musim 2014-2015 (musim kemarin). Cukup sampai di sini. Karena, saya tidak mau gagal lagi kali ini.
Bagi
anda yang mengikuti Bagian Satu sampai Tiga, anda bisa melihat, dalam 2
musim sebelumnya, posisi akhir 1860 Munich di klasemen selalu membaik,
posisi 4 (2014) dan posisi 3 (2015). Saya pikir, dilihat dari
sejarahnya, musim ini 1860 Munich bisa menempati (minimal) posisi ke-2.
Save File yang bisa anda Download :
https://drive.google.com/file/d/0B5SpfjSr8d2MUkFWUmJsWEtJaGc/edit?usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/0B5SpfjSr8d2MQllFT21TV0ZBbTQ/edit?usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/0B5SpfjSr8d2MN2gxR0JybFpudVE/edit?usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/0B5SpfjSr8d2MZXNqbUo4aFNOVUE/edit?usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/0B5SpfjSr8d2MRTBRVDZTSEE3SE0/edit?usp=sharing
Musim
lalu benar-benar membuat tim ini terpukul. Termasuk saya sendiri. 2
musim berturut-turut, menjelang berakhirnya liga, penampilan para pemain
justru merosot tajam. Pada musim pertama (2013-2014), tim gagal meraih
satu pun kemenangan dalam 4 pertandingan. Hasilnya, posisi tim yang
tadinya sangat potensial untuk berada di posisi ke-dua, malah merosot
hingga posisi ke-empat. Begitu pula musim 2014-2015 kemarin. Kegagalan
meraih poin maksimal sejak pekan 29 sampai pekan 32, menjadi penyebab
1860 Munich kehilangan peringkat dua. Saya sampai sempat terdiam sesaat.
Musnah sudah target pribadi saya untuk membawa 1860 Munich promosi ke
Bundesliga di akhir musim 2014-2015.
Masalah3 pemain saya, yang mana kesemuanya merupakan pemain penting, yaitu, Moritz Stoppelkamp, Yuya Osako, dan Yannick Stark, sama-sama meminta untuk dijual. Stoppelkamp yang menjadi pemain terbaik di musim 2013-2014, sudah sejak akhir musim lalu, hubungannya dengan saya rusak. Musim ini, kebetulan Kontraknya habis, Sudah bisa dipastikan ia akan memilih keluar. Alasan ke-tiganya sama, mereka semua ingin bermain di klub yang lebih besar dengan tantangan Kompetisi lebih besar.
Saya dibuat pusing melihat fakta ini. Tapi, apa boleh buat. Saya harus terus maju.
Sehebat-hebatnya pemain mereka tidak lebih hebat dari Klub. Sebesar-besarnya pemain, mereka tidak lebih besar dari Klub. Saya sangat percayai hal tersebut.
Analisa Perbaikan Skuad
Musim lalu, saya membuat 3 formasi, 2 di antaranya berlandaskan philosophy Fluid. Satu lagi Rigid dan Bertahan. Saya akan pertahankan 3 bentuk ini. Saya yakin 3 taktik ini sudah sangat dipahami pemain. Sudah cukup adaptasi terhadap taktik selama 1 musim kemarin. Yang perlu saya lakukan, adalah, perbaikan skuad.
Singkatnya, saya mengidentifikasi beberapa lini yang sangat perlu penambahan pemain baru. Perbaikan yang saya perlukan demi peningkatan kinerja serta garansi promosi ke Bundesliga 2016-2017, musim depan. Lebih detailnya, mari kita lihat lini ke lini.
Kiper
Harus. Tidak bisa tidak. Karena, Kiper utama tim, Gabor Kiraly, memutuskan pensiun. Saya sudah putuskan untuk pertahankan Kiraly dalam Coaching Staff. Setelah mencari ke sana ke mari. Saya temukan 1 pemain yang cocok. Vagner. Kiper berusia 29 tahun dari Estoril, Brazil. Kebetulan Kontraknya akan berakhir 30 Juni 2015 ini.
Totalnya nanti, saya akan memiliki 3 Kiper. Vagner (yang baru akan datang pada 1 Juli 2015), lalu Vitus Eicher dan Michael Netolitzky. Berikut anda bisa lihat perbedaan Goalkeepers Comparison 1860 Munich, antara sebelum dan sesudah Vagner.
Terjadi sedikit perbaikan. Kalau anda hitung total rata-rata peringkat hasil Comparison. Akan terlihat terjadi sedikit perbaikan. Pada era Kiraly, rata-rata peringkat yang diraih adalah 5,5. Setelah kedatangan Vagner, rata-rata peringkat Comparison menjadi 5. Saya sedikit khawatir dengan Attribute Agility yang mengalami penurunan dari sebelumnya 14 menjadi 16. Artinya, kalau dilihat dari total 18 tim, Agility Keeper tim ini berada di peringkat 16.
Bek
Saya hanya memiliki 3 Bek Tengah murni. Yang mana salah satunya, Guillermo Vallori, akan berusia 33 tahun pada 24 Juni 2015 ini. Saya coba fokus ke Bek Tengah dengan kemampuan pada Positioning, Quickness, dan Heading. Ternyata, menemukan Bek Tengah yang dapat memenuhi kriteria tersebut sangat sulit. Bukan tidak ada. Tapi, yang membuat sulit, adalah, saya harus membeli Bek yang Free atau paling tidak Available for Loan. Karena waktu terus berjalan, saya harus membuat keputusan cepat. Pilihan saya jatuh pada Murray Wallace, Bek Tengah Skotlandia yang bermain di Huddersfield. Dari seluruh kriteria, termasuk kriteria yang paling penting, harus merupakan Loan In atau Free Transfer, Wallace merupakan yang terbaik. Ditambah lagi, usianya baru 22 tahun 5 bulan.
Murray Wallace. TSV 1860 Munich. 2015-2016. Ryan Tank Football Manager
Setelah kedatangan Wallace, terjadi perbaikan pada hasil Defense Comparison. Dari yang sebelumnya, rata-rata peringkat Comparison berada pada posisi 10.625, sekarang menjadi 8.25. Satu pemain lain, yang tadinya habisa masa kontrak, Grzegorz Wojtkowiak, saya putuskan untuk diperpanjang 2 musim. Usianya memang tua, 31 tahun. Tapi, saya masih butuh dia sebagai pelapis di posisi Bek Kiri.
Gelandang
Ini termasuk lini yang krusial untuk saya lakukan perbaikan. Bukan karena lini ini merupakan lini terlemah. Bukan itu. Bahkan, lini ini merupakan lini terkuat di tim. Hanya saja, satu hal yang saya kurang dan krusial, adalah, ketiadaan pemain yang mampu menjadi Play Maker. Setelah mencari sana-sini, putusan saya jatuh pada Ouasim Buoy.
Ouasim Buoy. TSV 1860 Munich. 2015-2016. Ryan Tank Football Manager
Pada dasarnya, Buoy belum bisa memenuhi kriteria saya sepenuhnya. Anticipationnya hanya 11, Determination dan Off the Ball pun hanya 10. Tapi, saya pikir kalau untuk kasta ke-dua, pasti akan sangat memadai. Yang saya suka dari Buoy, adalah, Decision, Creativity, Technique, Passing, dan usianya. Saya akan pastikan Creativity Buoy meningkat minimal 1 poin. Ouasim Buoy akan jadi pemain penting di lini tengah saya. Dan, saya yakin dia akan jadi salah satu yang terbaik di Liga.
Penyerang
Masalah besar ada di sini. Benjamin Lauth semakin menua. Di bulan Agustus, usianya sudah 34 tahun. Di sisi lain, Yuya Osako Unhappy dan Transfer Listed by Request. Ke-duanya memiliki kelemahan yang sama, yaitu, Aerial Duel. Saya putuskan untuk lakukan 2 pembelian Striker baru. Yang mana, kriteria utama adalah Jumping + Heading. Juga, salah satunya harus mampu bermain sebagai Inside Forward. Saya akan plot di posisi sayap kanan mengisi tempat yang ditinggalkan Stopplekamp dan belum mampu saya temukan penggantinya hingga musim ini.
Rasmus
Jonsson, merupakan Free Transfer dari Wolfsburg. Emiliano Sala sendiri
merupakan Free Transfer dari Girondin Bordeaux. Jonsson memiliki
versatilitas lebih baik, dengan kemampuannya bermain sebagai Striker dan
Sayap Serang. Sementara Sala, merupakan tipe Striker yang kuta di
udara, punya Strength, dan satu bonus darinya, adalah, skor besar pada
Workrate.
Gambaran sementara, pada bentuk 4-1-2-3 Non Striker, saya akan mainkan Buoy pada AMC sebagai Trequartista atau AP-A, Rasmus Jonsson di Sayap Kanan sebagai IF-A, Murray Wallace pada posisi LCD sebadai CD-D, dan Vagner di posisi Penjaga Gawang.
Secara keseluruhan, operasi Transfer TSV 1860 Munich untuk musim 2015/2016, adalah sebagai berikut :
Transfer History. TSV 1860 Munich. Ryan Tank Football Manager
Dari sisi Comparison, ini yang saya peroleh. Kalau anda lihat picture yang saya sajikan, bisa dikatakan, TSV 1860 Munch merupakan salah satu tim terkuat di Divisi Dua saat ini.
Comparison. All Position. TSV 1860 Munich. Ryan Tank Football Manager.
Dengan melihat tabel perbandingan di atas, saya jadi paham kenapa STV 1860 Munich diunggulkan di tempat pertama (teratas) sebagai kandidat terkuat untuk promosi.
Sedikit Soal Pre-Season
Saya ingin tunjukan 1 hal penting soal Pre-Season dan Squad Gelling (penyatuan Skuad). Saya memasukan 6 pemain baru. Artinya, ada 6 pemain yang butuh adaptasi untuk bisa saliang memahami dengan rekan-rekannya. 6 pemain baru dalam skuad adalah termasuk jumlah yang banyak, apalagi dengan SDM seperti 1860 Munich yang terbatas kemampuan individunya.
Salah satu usaha dalam menyatukan pemain adalah lewat Training-Stack. Berikut saya perlihatkan bagaimana arrangement untu lebih cepat meraih Tactic Familiarity. Sekaligus, mengkombinasikannya dengan latihan yang berfokus pada penyatuan tim.
- Perhatikan 2 lingkaran Merah. Kalau anda ingin Training Combination untuk meraih Tactic Familiarity tercepat, tidak bisa tidak, inilah kombinasi terbaik. Ingat, kawan, ini merupakan kombinasi yang bertujuan meraih Tactic Familiarity lebih cepat. Kalau anda punya tujuan yang lain, kombinasinya sudah tentu berbeda.
- Lingkaran Kuning, merupakan Latihan yang lebih ditujukan untuk menyatukan skuad, untuk memperkuat saling pengertian di antara para pemain. Bahkan, ada sebuah teori yang menyebutkan, Team Cohesion Training bisa membantu pemain mempertahankan Level Morale. Team Cohesion bagi saya, sangat cocok diterapkan di masa Pre-Season di mana anda butuh menyatukan skuad. Apalagi bila, anda banyak membeli pemain baru seperti yang saya lakukan.
Kompetisi Dimulai
Kalau di awal 2 musim terakhir yang saya cemaskan adalah lamanya tim meraih Tactic Familiaritu, maka musim ini yang saya pertanyakan, adalah, berapa lama para pemain baru akan mampu beradaptasi (Adaptability). 4 sampai 5 dari 6 pemain baru, akan menghiasi Starting 11. Ini bukan perkara sederhana, mengingat tim ini merupakan Tim Middle-Low. Walau pun, selama Pra Musim saya berusaha keras dengan berbagai cara untuk mereka cepat menyatu dengan tim, tentu ada bedanya antara Pre-Season Friendly dengan “partai sebenarnya”.
Ini yang saya peroleh setelah 6 partai.
Partai
menghadapi Leipzig jadi partai yang sangat menjengkelkan. Unggul 2-0
dalam waktu 30 menit. Lantas disamakan oleh Leipzig pada menit 31 dan
51. Saat pertandingan berlangsung, Leipzig hanya merupakna tim papan
bawah. Ini yang buat saya jengkel. Tapi, karena, ini masih merupakan
fase awal, di mana adaptasi masih dibutuhkan, saya yakin, ke depannya
akan lebih baik. Untuk sementara, TSV 1860 Munich berada di peringkat
ke-delapan.
Sebelum lanjut lebih jauh, saya mau bahas Scouting dengan anda. TSV 1860 Munich masih berada di Divisi Dua, dengan dana terbatas, termasuk batasan jumlah staff yang bisa saya hire. Dan, ini menyebabkan Scouting Area nya juga terbatas. Bila anda memiliki anggaran tak terbatas, yang mana anda dapat kesempatan untuk hire Scout sebanyak mungkin, langkah berikut bisa anda tempuh.
* Mencari Scout dengan skor JCA dan JPA setinggi mungkin, usahakan di atas 15.
* Judging Current Ability merupakan Attribute menilai kemampuan si pemain saat ini. Sementara, Judging Potential Ability merupakan kemampuan menilai si potensi maksimal pemain.* Bila anda menggunakan Scout untuk Scouting Next Opposition, pastikan ia memiliki JCA yang bagus (minim 15) dan tactical Knowledge bagus (minimal 15).
* Mencari Scout dengan Determination setinggi mungkin, usahakan di atas 14. Determination diperlukan agar Scout punya tekad besar untuk menemukan lebih banyak hasil Scout yaang mereka laporkan dengan benar.
Scout Information. TSV 1860 Munich. Ryan Tank Football Manager
* Mencari Scout dengan variasi Region atau Country Knowledege sebanyak mungkin. Anda pernah perhatikan knowledege masing-masing Scout yang akan anda hire? Perhatikan Country Knowledge. Contoh, bila anda sudah memiliki 1 atau 2 Scout yang Full-Knowledge terhadap negara Prancis, sebaiknya jangan hire Scout dari Prancis lagi. Anda hanya buang anggaran.
* Bila anda tempatkan Scout dengan kewarganegaraan Jerman untuk melakukan Scouting ke Inggris, pastikan si Scout memiliki Adaptability bagus. Akan sangat membantu, bila Scout memiliki Determination bagus.
* Tempatkan Head Scout atau DoF untuk membantu anda dalam mengawasi kerja Scout. Tapi, pastikan Man Management Attributenya bagus.
* Bila memerima laporan Scout, perhatikan Weakness Report. Weakness Report menjadi sangat berharga, karena, di dalamnya memuat pandangan Scout terhadap Hidden Attribute pemain. * Bila anda temui Weakness seperti Injury Proneness, hindari membeli pemain tersebut, kecuali anda siap dengan potensi cedera yang ada padanya.
* Bila Weakness ada pada Important Matches, sangat mungkin si pemain akan tampil buruk di partai-partai genting, bergengsi, dan partai penting. Semakin kecil Reputation sebuah Klub dalam lingkungan kompetisi yang diikutinya dan anda berikan ekspektasi besar di setiap partai, semakin banyak pula partai penting bagi tim tersebut.
* Bila kelemahan pada Consistency, itu berarti utilisasi Attribute si pemain tidak sebesar skor pada Attribute yang anda lihat. Ini memang jadi sebuah kasus Tricky. Kenapa? Karena Consistency merupakan Hidden Attribute yang anda tidak bisa pantau. Mudahnya menjelaskan Consistency, adalah sebagai berikut. Kalau anda memiliki pemain dengan Consistency 10 (0-20), lantas Long Shotnya 20. Bisa dikatakan si pemain hanya bisa memakai (berkemampuan) Long Shot antara 9-11 (± 50%). Angka 9-11 sangat kondisional, karena, juga dipengaruhi Important Matches dan Pressure.
Setelah 6 partai yang kurang memuaskan, Divisi penyusun jadwal milik DFB (Federasi Sepakbola Jerman), buat ulah sama saya. 3 partai ke depan cuma dikasi jeda 2 hari per partainya >:O sungguh... Terlalu.
Hasilnya, imbang-menang-imbang. Setelah 3 partai ini, saya harus menghadapi Sandhausen di partai Piala Jerman. Hasil akhir memuaskan bagi saya, karena, di partai ini saya bisa menang dengan skor 5-1. Untuk kemudian, saya kembali imbang menghadapi Furth, 0-0, di Allianz Arena. Hasil ini buat 1860 Munich bercokol di peringkat delapan (8) dengan 3 menang, 5 imbang, 2 kalah, 9-5, 14 poin, dari 10 partai. Dengan peringkat dua, saya memiliki beda 6 poin, sedangkan dengan peringkat pertama saya selisih 10 poin.
Evaluasi pemain sampai pekan ke-10
Player Stat Screen. TSV 1860 Munich. Ryan Tank Football Manager.
Ini menjadi salah satu screen paling penting buat saya. Screen ini merupakan hasil custome saya terhadap Stat yang mana saja yang harus ditampilkan. Screen di atas saya sort berdasarkan Apps (Appearances/penampilan). Saya jelaskan sedikit beberapa Statistik yang mungkin sebagian dari anda belum familiar.
*
K Pass (Key Passing). Merupakan umpan yang langsung melahirkan Shoot on
Goal. Di dunia nyata di BPL 2013-2014, Mesut Ozil dan Luiz Suarez
merupakan jagoan untuk urusan ini.
* DrbPG (Dribble Made per Game), memperlihatkan seberapa banyka jumlah Dribble tuntas yang berhasil dilakukan. Di In Game Analysis Tab, DrbPG disebut dengan nama Movement.
* Tck (Tackle Attempts), jumlah Tackle yang dilakukan. Tck R (Tackle Ratio), merupakan Tackle yang sukses dilakukan.
* Hdr A (Headers Attempt), jumlah sundulan. Hdr W (Headers Won), Sundulan yang dimenangkan.
* Distance. Jumlah lari yang dilakukan pemain. Semakin banyak jumlahnya memperlihatkan seberapa banyak pemain anda berlari. Role-Duty, Workrate, Aggression, dan Stamina mempengaruhi Statistik ini. Semakin tinggi intensitas pressing tim, semakin tinggi pula nilai pada Statistik ini.
Setelah partai menghadapi Furth di Allianz, giliran. Braunsweigh yang saya datangi.
- Saya putuskan gunakan Formasi 3-2-3-2, sementara Braunsweigh mengawali laga dengan memakai Formasi 4-4-2 Flat.
Braunsweigh vs TSV 1860 Munich. 2015-2016. Ryan Tank Football Manager
- Saya tidak banyak lakukan analisa mendetail untuk laga ini. Saya putuskan gunakan Formasi “aneh” ini, karena, saya pengen aja. Hahaha. Familiaritasnya sudah Fluid, kecuali, pada Closing Down yang memasuki fase Accomplished (75-80%). Pada dasarnya, saya ragu dengan formasi ini, karena, saya tidak banyak lakukan eksplorasi terhadapnya.
- Sampai menit 43, 1860 Munich sudah tertinggal ketinggalan 0-2. Saya segera lakukan perubahan. Saya segera kembali ke Formasi 4-1-4-1 (dengan Role-Duty di lini tengah, AP-A , CM-S, dan DM-D). Saya aktifkan Instruksi Exploit the Middle dipadukan dengan Play Wider. Tujuannya, saya ingin eksploitasi lini tengah Braunsweigh yang hanya ada 2 pemain pada posisi CM, sementara saya memiliki 3 pemain. Saya berharap banyak menciptakan situasi 2 v 3 di tengah. Sementara Play Wider saya aktifkan agar, pada saat eksploitasi lini tengah dilakukan, para pemain saya tetap menjaga penguasaan lebar lapangan. Tidak berman terlalu menyempit (Narrow). Saya tarik Ouasim Buoy dengan memasukan Marin Tomasov.
- Daniel Adlung di Kiri, Marin Tomasov di Kanan, dan Rasmus Jonsson sebagai Striker Tunggal. Hasilnya “ajaib”. Saya sendiri bahkan tidak pernah membayangkannya. Hanya dalam waktu 2 menit, menit 44 dan 46, kedudukan berubah menjadi 2-2. Rasmus Jonsson dan Daniel Adlung menyamakan kedudukan.
- Babak ke-dua berjalan seimbang di mana 1860 Munich sedikit menguasai permainan. Menit 68, saya berspekulasi dengan memasukan Yannick Stark, walaupun saya paham kondisi Morale nya sedang buruk. Saat pertandingan menyisakan 16 menit, saya kembali ubah Formasi menjadi 4-1-2-2-1 (1 DM, 2 CM, 2 IF, dan 1 Striker). Menit ke-90, Tomasov keluar, digantikan Emiliano Sala. Rasmus Jonsson kembali ke Sayap Serang di kanan.
- Skor 2-2 bertahan hingga pertandingan usai. Walaupun sedikit dongkol, saya tetap puji para pemain dengan katakan bahwa tim hanya kurang beruntung dalm pertandingan tersebut.
Pekan 12 Sampai 17
Enam
(6) partai berikutnya, saya berhasil sapu bersih. Termasuk, 2 Friendly
di antaranya. Hasil-hasil positif di 6 partai terakhir, sejak pekan 12
hingga 17, membawa saya ke puncak klasemen. Ini pertama kalinya saya
menikmati posisi puncak klasemen dalam 2,5 musim menangani TSV 1860
Munich!!
Match Result After 17 Matches. TSV 1860 Munich. 2015-2016. Ryan Tank Football Manager
Table. TSV 1860 Munich. After 17 Matches. Ryan Tank Football Manager
Beberapa partai menjadi menarik untuk diikuti. Karena, ada beberapa perubahan yang saya lakukan, terutama dari sisi taktik. Juga beberapa putusan saya dalam Morale-Motivation Management. Mari sama-sama kita lihat.
Pertandingan menghadapi Dresden menjadi penting, karena, di 3 partai terakhir saya gagal meraih poin absolut. Ditambah lagi, setelah partai Dresden saya juga harus hadapi Paderborn si pemegang posisi nomor empat. Dan, partai Dresden inilah yang menjadi awal dari 6 kemenangan beruntun saya ke depannya.
Pertandingan Menghadapi Dynamo Dresden
- Saya memakai Formasi 4-1-4-1. Saya putuskan memainkan Emiliano Sala sebagai starter. Karena, saya lihat 2 Bek Dresden punya Aerial Duel yang mumpuni. Berikut Macro Tactic saya di partai ini. Role yang anda lihat bukan merupakan sepenuhnya Role yang saya berikan pada pemain di partai Dresden.
-
Singkatnya begini, Sala di depan saya plot jadi F9, 2 Sayap Serang (WM)
saya instruksikan untuk Cut Inside, memanfaatkan runag hasil kreasi F9.
Tiga (3) Gelandang tengah saya plot sebagai AP-A (Buoy), BWM-D (Stahl),
dan DM-D (Wannenwetsch).
- Menit 29, Triangle Offense antara Stahl, Tomasov, dan Sala menciptakan situasi yang saya inginkan. Tomasov menerima bola dari Stahl, lantas Tomasov dan Sala lakukan umpan one two yang sempurna, sebuah umpan terobosan Sala diterima Tomasov yang berlari Cut Inside, untuk kemudian Tomasov membuka skor dari situasi one on one.
Marin Tomasov Cut Inside and receives ball TSV 1860 Vs Dresden. 2015-2016. TSV 1860 Munich. Ryan Tank
-
Menit 39, saya switched Role-Duty Buoy dari AP-A menjadi DLP-S. Karena,
saya lihat ada gap besar antara 2 CM Dresden dengan lini Belakang
mereka. Saya harus eksploitasi titik ini dengan menempatkan nlebih
banyak pemain di sana. Dalam Role-Duty AP-A, Buoy secara agresif
bergerak masuk kotak penalti (High Run From Deep). Saya ingin ia lebih
banyak lakukan olah bola di luar kotak penalti ketimbang langsung masuk
ke dalamnya.
- Segalanya berjalan lancar. Menit ke-45, Marin Tomasov menceploskan gol ke-dua. 2-0 untuk 1860 munich.
- Saat jeda Babak Pertama, saya lakukan Team Talk, seperti ini :
* Saya lakukan Team Talk “More-Demand”. Ini merupakan partai penting. Dan, saya ingin para pemain ngeh dan semakin ngeh akan hal ini. Saat babak pertama saya unggul, saya tidak ingin para pemain mengendurkan serangan. Saya ingin mereka tetap fokus dan tetap “lapar”.
* Perhatikan kotak kuning di atas. Itu merupakan saran Asman yang kebetulan saya ikuti. Kenapa? Karena, apa yang ia sarankan selaras dengan yang saya inginkan. Anda juga lihat 2 lingkaran kuning di bawah, kan? Itu merupakan 2 pemain yang saya tandai agar anda melihat setelah General Team Talk, ke-dua pemain tersebut malah bereaksi negatif (Red Feedback). Saya ingin tegaskan satu hal. Tidak selalu Feedback merah itu buruk. Dan tidak selalu akan membawa dampak jelek. Juga sebaliknya, tidak selalu Feedback hijau itu akan berdampak positif.
* Setelah General team Talk, saya langsung lakukan Positional Team Talk (Kotak berwarna Oranye) dengan katakan There’s More to Come. Lihat hasilnya. Anda mungkin bertanya-tanya, kenapa kok Emiliano Sala malah merespon dengan negatif. Sekali lagi saya sampaikan, tidak selalu Feedback merah itu buruk. Dan tidak selalu akan membawa dampak jelek. Juga sebaliknya, tidak selalu Feedback hijau itu akan berdampak positif.
- Babak kedua bergulir. Di menit ke-51 secara mengejutkan, Vagner mengirim umpan 35 meter yang mengagetkan lini belakang Dresden, termasuk saya sendiri. Umpan yang akurat yang langsung mengarah pada Emiliano Sala dan menempatkannya dalam posisi one on one dengan Kiper lawan. Tidak bisa tidak. Sala menceploskan bola. Skor berubah menjadi 3-0.
- Sala yang “marah” saat First Time Team Talk, malah termotivasi. Golnya di menit ke-51, menjadi bukti nyata. Skor akhir, 1860 Munich 3-0 Dresden.
Menghadapi Paderborn
Pertandingan selanjutnya, adalah, partai menghadapi Paderborn. Partai ini punya muatan emosi pribadi bagi saya. Moritz Stoppelkamp, bintang utma tim inn 2 musim lalu, memutuskan untuk keluar (tidak memperpanjang Kontrak) pada akhir musim 2014-2015 kemarin, dengan alasan ingin pindah ke tim yang lebih besar dan mampu memberikannya peluang meraih gelar lebih besar. Oke. Saya tidak punya pilihan lain. Yang membuat saya dongkol pada Stoppelkamp, adalah, dia pindah ke Paderborn. Tim yang tidak lebih besar dari TSV 1860 Munich dan tidak lebih baik dari TSV 1860 Munich dalam 2 musim saya menjadi manajer!!
Stoppelkamp harus paham satu hal. Saya akan pastikan dalam setiap pertandingan saat tim saya dan Stoppelkamp berhadapan, saya akan kalahkan timnya :
- Saya memilih Formasi 4-1-4-1. Paderborn sendiri memilih Formasi 4-2-3-1 Wide. Moritz Stoppelkamp tidak bermain. Sayang sekali.
- Pertandingan berjalan membosankan. Saya sendiri tidak tahu pasti apa yang jadi penyebabnya. Bola banyak berkutat di tengah dan belakang. Hal ini terlihat dari Passing Stat ke-dua tim. Dan, bola lebih banyak bergerak di sekitar wilayah lapangan Paderborn. Which is good for 1860 Munich hehe.
- Menit ke-61, saya lakukan perubahan. Role AP-A (di gelandang tengah) yang ditempati Ouasim Bouy, saya rubah menjadi CM-A, kenapa? Karena, Striker tunggal saya tarik ke tengah kiri dan saya berikan Role trequartista. Saya cuma tidak mau terlalu banyak kreator di area yang sama.
- Emiliano Sala saya tarik keluar, digantikan Lauth. Kenapa Striker saya tarik ke tengah? Karena, saya lihat Emiliano Sala terisolasi di depan. Ada gap antara Sala dan para gelandang 1860 Munich. Saya lantas masukan Lauth.
- Dominik Stahl yang tadinya menempati posisi CMR dengan Role-Duty BWM-S saya switched menjadi BWM-D. Ini untuk menghindari Stahl terlalu agresfi bergerak ke depan. Marin Tomasov di Kanan saya tarik keluar digantikan Rasmus Jonsson, saya berikan Jonsson Role-Duty IF-A di Kanan. Mentality-Fluidity saya biarkan Control-Fluid. Perubahan Formasi menjadi seperti ini :
-
Menit ke-91, kerjasama umpan cepat 1-2 antara Lauth dan Buoy, diakhir
Buoy dengan mengirimkan sebah umpan terobosan kepada Rasmus Jonsson di
kanan. Dalam posisi bebas, Jonsson lakukan Drill Cross ke tiang dekat,
di mana Lauth berdiri bebas. Dengan Shot with Power., Lauth membuat gol.
Paderborn 0-1 TSV 1860 Munich. Perubahan yang saya lakukan membuahkan
hasil.
Setelah 17 partai, TSV 1860 Munich pada akhirnya sukss meraih posisi pertama. Masih ada 17 Partai lagi di putaran ke-dua. Tapi, paling tidak, perubahan-perubahan di awal musim, terutama pada operasi transfer pemain, mulai memperlihatkan hasil positif. Perjalanan masih panjang. Dan, saya masih teringat pada kesalahan 2 musim sebelumnya, di mana tim gagal pada saat-saat terakhir (6 pekan terakhir) kompetisi. Saya akan selalu ingat itu dan jadi pelajaran penting bagi tim ini.
Di sisi lain, seperti yang juga saya ucapkan di awal musim, dan sampai saat ini pun masih tetap saya pegang teguh, saya akan tetap katakan Cukup Sampai di Sini. Cukup Sampai di Sini saya gagal Promosi ke Bundesliga. Karena, musim ini, TSV 1860 Munich harus Promosi!! Ini jadi harga mati!!
#salamFM# Sampai jumpa pada tulisan Bagian Ke-Lima, Putaran Ke-Dua 2nd Division German League.
Ryantank100,
Post a Comment