Saya segera lakukan perencanaan pengurangan jumlah pemain. Karena,
saya lihat jumlah pemain di tim ini terlalu besar. Dan ini tidak baik
terhadap Player Development. Terutama, Development yang kita rencanakan
pada pemain-pemian muda hasil Youth Intake. Tapi, saya tidak lakukan
dengan serta merta dalam jumlah besar. Karena, pengurangan dalam jumlah
besar, hanya akan merusak
Morale pemain.
- Youth Development, bukan hanya soal latihan (Training). Lebih dari pada itu, Youth Development adalah tentang Squad Size, Minute Play, Tutoring, Coaching Staff, dan Training.
- Bila Skuad anda terlalu besar, mungkin mengurangi Minute Play dan mengurangi fokus pelatih. Bila anda tidak menaruh perhatian pada aspek Tutoring, sangat mungkin distribusi CA dan akselerasi PA berjalan tidak maksimal. Pastikan untuk memberikan Tutor yang tepat. Salah satunya, adalah, Tutor dengan Personality yang Positif (Determined, Ambitious, Professional, dll). Perlu anda pertimbangkan juga perpindahan PPM akibat Tutoring. Ada beberapa PPM yang bisa merusak bentuk permainan tim, waspadai itu. Beberapa di antaranya, adalah, Dive into Tackle, Tries Long Shot, dan Argue with Official.
- Coching Staff yang baik untuk Youth Development, adalah, mereka yang memiliki Attribute bagis pada Working With Youngster. Attribute lainnya, adalah, Determination dan Dicipline. Sebagai pendukung anda harus pertimbangkan Mental.
- Untuk Training Stack. Pastikan ketepatan Intensitas yang anda berikan. Pemain muda yang baru masuk dalam skuad (hasil Youth Intake), jangan langsung diberikan High apalagi very Hight Intensity. Ini bisa pengaruhi mental mereka. Mulai dari Average atau Light, mungkin lebih logis. Yang ke-dua, perhatikan Junior Coaching. Jangan salah artikan Junior Coaching. Pada dasarnya, Junior Coaching merupakan term yang digunakan untuk menggambarkan biaya yang anda alokasikan untuk pelatihan pemain muda hasil Youth intake. Fungsi utamanya, pembibitan untuk meningkatkan kemampuan Youth Intake.
Kompetisi berjalan. Seperti yang saya duga sebelumnya, Tactic Familiarity tampaknya akan jadi salah satu penghambta terbesar saya dalam awal-awal musim. Anda lihat hasil-hasil pertandingan dan Klasemen sementara sampai pekan ke-enam.
Match results and Table after six matches. Ryantank Football Manager
Setelah partai menghadapi Kaiserslautern, saya harus menghadapi Dresden. Kekalahan dari Kaiserslautern saja sudah mulai merusak Morale pemain. Partai Dresden memperburuk keadaan. 1860 Munich yang tadinya unggul 1-0 sampai menit 66, pada akhirnya kalah 1-2, oleh gole menit ke-91. Ini menjadi salah satu penyakit pemain saya. Mereka sering kebobolan di 15 menit terakhir.
Singkatnya, kekalahan dari dresden membuat tekanan
bagi saya bertambah besar. Sangat besar. Pers mulai mempertanyakan
kemampuan saya. Beberapa pemain favorit yang sudah pensiun juga angkat
bicara. Penampilan beberapa pemain, seperti Benjamin Lauth, menjadi
sasaran kritik media.
Tidak ada pilihan saya harus menang.
Untungnya, lawan yang saya hadapi adalah Furth yang bercokol di posisi degradasi. Salah satu keputusan yang saya ambil, adalah, saya tetap percayai satu tempat di depan kepa Benjamin Lauth.
- Saya putuskan untuk memainkan Formasi 3-2-3-2. Benjamin Lauth saya plot sebagai Trequartista.
- Baru 1 menit pertandingan berjalan, Valerio Vallori melakukan pelanggaran di udara dan di dalam kotak penalti!!!!!!!! Niclas Fulkrug tidak menyia-nyiakan kesempatan. Gol 0-1 untuk Furth. Saya langsung tepok jidat.
- Saya segera lakukan perubahan. Beberapa Duty pemain saya switche ke Attacking. Hasilnya lumayan. Segera terlihat para pemain dapat menguasai jalannya laga. Secara pribadi, saya masih yakin, haisl akhirnya minimal 2-1 untuk 1860 Munich. Kalau saya bisa bicara langsung, saya akan katakn pada Lauth begini, “Woi bro, lo udah dikritik habis dan banyak yang minta lo digeser sama Osako. Tapi, gua masih ngasih kepercayaan. Jadi, jangan banyak bicara, jangan banyka mikir, gak pake Nervous, lo main sana, tunjukan kenapa gue nunjuk lo sebagai Kapten Ke-Dua!!! Sekarang!!
- menit ke lima belas, Lauth samakan kedudukan. Menit 23, Stoppelkamp membalikan kedudukan, 2-1. Menit 34, Lauth kembali menambah keunggulan lewat gol penalti. Hasil akhir :
-
Satu hal yang membuat saya kurang puas dengan pertandingan ini, adalah,
3 gol bersarang di gawang. Gol pertama, saya pikir adalah gol yang
“tidak perlu”, karena diawali pelanggaran yang “tidak perlu”. Gol
ke-tiga tidak kalah anehnya. Dan, saya sempat terdiam sekian detik
karena gol ini. Jadi, saat itu Furth mendapatkan Indirect Free Kick.
Bola dirahakan ke mulut gawang 1860 Munich. Gabor Kiraly yang melihat
hal ini mengantisipasinya dengan berlari ke arah bola datang. Tidak
asatu pun dari pemain Furth atau 1860 Munich yang berhasil menyentuh
bola. Anehnya, saat bola meluncur di dekatnya, Kiraly terus saja belari
ke depan, sementara bola dengan begitu cantiknya meluncur mulus ke dalam
gawang. Asem. Gila lu, Ndro.
Seiring berjalannya waktu, Tactic Familiarity membaik. Begitu pula penampilan pemain. Singkatnya, sebelum Winter Break saya berhasil membawa 1860 Munich ke posisi ke-tiga klasemen sementara.
Sebelum lanjutkan cerita soal 1860 Munich. Saya ingin sampaikan beberapa hal. Karena, kebetulan ini merupakan Winter Break, jadi, ada beberapa hal yang harus saya lakukan terhadap tim. Terutama, pada hal-hal terkait Friendly dan Training.
- Bila anda bermain di liga yang panjang waktu Winter Break, sebaiknya lakukanlah beberapa pertandingan Friendly. Ini untuk menjaga kondisi stamina pemain juga menjaga level Moral. Anda lihat dalam gambar di atas. Saya lakukan 6 Friendly. Saya arrange Friendly dari H-5 atau H-6 Liga (partai RWW Essen merupakan partai pertama yang saya arrange), selanjutnya anda bisa atur per 3-4 hari tiap pertandingannya.
- Ada satu hal yang baru saya lakukan. Dan ini baru saya lakukan saat saya menangani 1860 Munich. Yaitu, Training Stack yang tidak biasanya saya terapkan. Ada 3 kombinasi yang saya sering lakukan, yang mana saya lakukan berdasarkan analisa terhadap kekuatan musuh. Kekuatan musuh saya bagi dalam 3 kelas, yaitu, tim yang lebih kuat, tim yang setara, tim yang lebih lemah.
- Menghadapi tim yang lebih kuat, saya kombinasikan Defending (General Training) dan Defensive Positioning (Match Training). Ini karena, saya ingin lebih fokus pada kesolidan pertahanan. Bila anda fokuskan Match Training dengan berlatih Defensive Positioning, maka yang anda latih adalah bagaimana pemain anda bergerak, berposisi, dan menjaga lawan ketika tim diserang. Intinya, adalah fokus pada taktik bertahan. Untuk Defending pada latihan General Training, yang anda latih kebanyakan adalah Attribute bertahan. Saya tidak katakan Attacking, Ball Contrrol, atau Balance merupakan pilihan yang salah. Tidak. Bukan. Pilihan saya di atas merupakan pilihan yang saya ambil karena saya ingin fokus pada taktik bertahan. Itu saja.
- Menghadapi tim yang setara. Saya banyak memakai taktik mana yang saya inginkan. Bertahan atau menyerang. Kalau memilih fokus pada penyerangan, saya akan minta pemain berlati Attacking Movement pada Match Training. Saat anda berlatih Attacking Movement, yang anda latih adalah pergerakan, umpan, shoot, dan taktik saat menyerang. Saya bisa sebutkan di antaranya, Off the Ball movement, umpan kombinasi 1-2 misalnya, dan shooting. Intinya, adalah, melatih taktik menyerang.
- Saat menghadapi tim yang lebih lemah. Kalau anda ingin fokus pada taktik menyerang, fokuslah pada Match Training Attacking Movement dan Attacking pada General Training.
- Tambahan. Bila anda bermain low League Management (LLM) yang reputation Klub, skill serta Reputation pemainnya sangat rendah, saya pikir lebih ideal bila General Training anda set ke Balance. Individu Training bisa anda fokuskan ke Stamina dan Quickness.
- Saya melihat kebanyakan pemain-pemain LLM sangat lemah pada Attribute (semua Attribute), termasuk juga pemain lower league dalam dunia nyata. Tapi, ada skill yang sering kali dimiliki pemian lower league maupun pemain kelas dunia. Apa itu? Quickness (Acceleration dan Pace) serta 1 lagi Stamina. Saran saya, kalau mencari pemain di LLM, fokuskan pada Quickness dan Stamina.
Training Arrangement. Ryantank Football Manager
Kita lanjut pada aspek transfer pemain. Dua hal utama dalam transfer pemain (pembelian pemain baru), adalah, hal tersebut ditujukan untuk (1) penyegaran skuad, (2) dilakukan untuk memperkuat skuad. Faktor nomor dua inilah yang saya fokuskan dalam saya mempertimbangkan pembelian pemain baru 1860 Munich musim depan. Singkatnya, saya lihat yang paling lemah adalah pada posisi Bek. Saya putuskan beli 1 Bek kiri dan 1 Bek Tengah. Hal utama yang harus saya ingat adalah, sedapatnya saya beli pemain Free Transfer. Karena, kondisi keuangan klub sedang buruk.
Analisalah kebutuhan and akan pemain baru. Misalnya, anda melihat Bek kiri anda sekarang lemah pada Quickness dan Determination, maka, carilah Bek Kiri yang kuat pada Attribute-Attribute tersebut. Atau, anda mungkin tidak perlu beli Bek Kiri, tapi anda beli Center Back yang anda akan letakkan di tengah kiri yang memilii Determination dan Quickness luar biasa untuk menutupi kelemahan si Bek Kiri tadi. Prinsipnya, adalah, logislah dalam mempertimbangkan dan memutuskan. Ada banyak pemain hebat di luar sana, tapi, tidak semuanya anda benar-benar butuhkan.
Sepanjang separuh musim saya memanajeri 1860 Munich, ada 3 pemain yang tadinya tidak banyak dapat kesempatan bermain, saya masukan dalam tim reguler.
Stefan Wannenwetsch dan Julian Weigl, berpeluang menjadi pemain reguler di masa depan. Dan, saya memulainya dari sekarang. Usia mereka masih muda, tapi kemampuannya sudah bisa saya andalkan. Sementara Hertner, akan saya plot sebagai Rotation Status, karena, musim depan saya akan datangkan Javier Noblejas.
Pada awal tahun 2014, saya mendapatkan laporan Youth Intake. Ada banyak calon. Tapi, setelah saya analisa sebentar. Saya putuskan untuk mengambil 3 di antaranya. Dua dari tiga pemain yang saya ambil, tampaknya berpotensi menjadi pemain besar di masa depan. Tinggal saya yang mesti benar dalam pembibitan dan pembinaan.
Tidak
banyak yang bisa saya katakan. Yang saya sukai dari Manfred Bungert
adalah, Atribute Determination dan Quickness. Ditambah, Personality
Model Professional, saya pikir Bungert bukan hanya akan jadi pemain
hebat tapi juga berpeluang jadi Kapten yang hebat di masa depan.
Calon Sayap Serang hebat di masa depan. Feeling saya mengatakan, tampaknya ia akan ada sedikit di bawah kelasnya Bungert. Kalau saya misalkan Bungert akan jadi pemain Bintang Lima, Escherich saya pikir akan jadi pemain Bintang 4.5 atau 4.
Yang harus saya pastikan, untuk 1-1,5
tahun ke depan, adalah : (1) Memberikan Tutoring yang tepat. (2)
Merotasi Fokus Individu Training secara tepat. (3) Menaikan Level
Fasilitas Latihan dan Junior Coaching. (4) Mengatur Squad Size agar
berada dalam jumlah yang pas.
Tulisan ini merupakan artikel yang saya tulis ulang. 2-3 hari sebelumnya, saya telah selesaikan artikel Bagian Dua. Lebh lengkap dan lebih terperinci dibandingkan yang saya tulis ulang ini. Terutama, pada pembahasan pertandingan beserta detailnya. Tanpa sengaja saya menghapusnya. Jangan tanya bagaimana rasanya, gan. Bukan cuma jengkel tapi udah pengen nangis aja. Hehehe. Beberapa pertandingan yang penting, baik yang saya menang maupun kalah saya catat detailnya beserta jalannya pertandingan. Semua catatan lantas saya perbaiki dan detailkan lagi, untuk saya tuangkan dalam artikel ini. Tapi, dasar teledor. Saya kehilangan file tersebut karena kecerobohan sesaat. Ya sudahlah. Saya ketik ulang.
Ada yang saya masih sangat ingat dari catatan yang hilang. Yaitu, cerita tuyul yang datang mengganggu ketenangan hidup saya dalam ber-FM ria.
Begini ceritanya. Menjelang partai penting lawan Bielefeld (anda bisa lihat hasilnya dalam gambar di atas). Saya dipusingkan oleh ketidak stabilan penampilan tim setelah Winter Break (sekali lagi, anda bisa lihat dalam gambar di atas). Dalam 6 pertandingan (3 Home, 3 Away). Tim ini menang 3 kali di Home, namun, kalah 3 kali Away. Saya pikir, dan harus, pertandingan lawan Bielefeld harus saya menangkan. Ini partai penting, guys!!
Nah, sedang serunya saya menganalisa dan mempertimbangkan Formasi, saya mendengar suara. Suara tersebut datang ke telinga saya. saya merasa tidak asing. Jantung saya mulai berdegup. Semakin kencang. Suara tersebut semakin dekat ke kamar saya. Sekarang ia ada di depan pintu. Tidak lama, pintu kamar saya membuka perlahan. Saya yang membelakangi pintu segera lakukan save dan menutup laptop. Saya lantas menoleh perlahan..........................
“Ooooooooooooooooooooommmmmm.................... Halo, om.” 3 Tuyul cebol seukuran tinggi gagang pintu membuka pintu perlahan dan berterika girang. Cekikikan nggak jelas. Gerombolan si Berat sudah datang!! 3 keponakan saya yang macam Tuyul tapi merasa dirinya Malaikat. Saya pasang muka datar.
Tuyul 1 : “Om lagi apa? Hahahahahahaaaaaaaaaaa.”
Saya : “?!?!?!!??????? (ngapain pake ketawa segala) ”
Tuyul 2 : “Om kok tambah kurus ya. Hihiihihihihi..”
Saya : ....................”
Tuyul 3 (yang paling gede) : “Eh om, tau gak. Kemarin kakak di rumah maen komputer beginian, terus dimarahi mama. Kata mama, dasar anak sekarang ud pd rusak. Masak komputer dipakai buat nonton begituan. Ntar om dimarahi mama loh, om.”
Saya : ................... (terserah).”
Seperti yang sudah-sudah, kalau ada 3 Tuyul ini, suasana mendadak menjadi “sunyi”. “Senyap”. “Sepiiiiii”..... Mereka ber-tiga ini terkenal akur dan sabar. Paling banter sih, cakar-cakaran, jambak-jambakan, guling sana guling sini, mewek, terus nangis yang nyaringnya udah kayak petir.
Tidak lama, sebuah suara menyelamatkan saya. Para Tuyul segera keluar. Dalam waktu sangat singkat, mereka menghilang. Oke, continyu game. Saya segera mainkan partai Bielefeld. Tapi, saya terpaksa main dalam Only Commentary berkecepatan penuh. Untungnya, para pemain saya menang. Skornya 2-1. Setelahnya, saya lanjut partai FSV Frankfurt. Continue game. Only Commentary. Untungnya lagi, tim saya menang 2-0. Hehehe.
Nggak lama kemudian, para Tuyul yang merasa dirinya Malaikat, datang lagi. Kali ini lebih heboh lagi. Lempar-lemparan guling. Ambil Celana D*la* ane, terus dibuat pukul-pukulan. Dibuat pecut-pecutan. Haduh............... (_ _!!) terserah lo pada deh. Yang penting lo senang.
Setelah hampir 15 menit, panggilan terakhir terdengar. Para Tuyul harus pulang. Rasanya lega banget, bros. Lega buiangett.
So, saya segera continue game. Kali ini menghadapi Bochum. Singkatnya, partai ini berakhir 1-1. Lalu dilanjutkan kemenangan atas Cottbus (Home) dan Aalen (Away) 4-1. Hasil pertandingan, anda bisa lihat dalam gambar di bawah.
Kompetisi menyisakan 4 partai. Dan, 1860 Munich semakin dekat dengan peringkat dua. Bila berhasil meraih peringkat dua, tim ini akan masuk dala zona otomatis lolos promosi (tanpa Play Off).. Bila melihat jadwal, kemungkinan lolosnya sangat besar. Karena, selain 2 kali main di kandang, tim terberat yang harus saya hadapi adalah tim yang berada di peringkat 7. Ditambah lagi, penampilan tim sedang top. 5 kemenangan dalam 6 partai terakhir telah mengakhiri penampilan berayun (menang-kalah) sejak pekan 20 sampai 25.
Menghadapi Sandhausen Home. 35 menit berjalan, Sandhausen sudah unggul 1-2. Setelah sebelumnya, 1860 Munich unggul 1-0. Tanpa pikir panjang, saya segera set-up ke Attacking style. Menit ke-53, Osako menyamakan kedudukan. 2-2. Menit 85, sekali lagi napas saya tertahan barang 2 detik. Sandhausen berbalik unggul 2-3. Pertandingan berakhir. 1860 Munich kalah di kandang dari Sandhausen. Jarak dengan peringkat dua menjauh.
Selanjutnya menghadapi Union Berlin Away. Menit 73, 1860 Munich berbalik unggul 1-2, setelah sempat tertinggal di menit 63. Pertandingan berlangsung keras, keliatannya para pemain tampil tegang. 8 kartu kuning dikeluarkan wasit. Gol di menit ke-73 pun karena Own Goal Daniel Haas. Semakin menegaskan tegangnya situasi pertandingan. Sialnya bagi 1860 Munich, menit 76 Terrode (Striker Union), membuat gol ke-duanya. Skor menjadi 2-2. Dan, bertahan sampai peluit panjang. Peluang saya promosi otomatis, habis.
Lebih menyesakan lagi, 2 partai terakhir, lagi-lagi 1860 Munich gagal mendapatkan 3 poin. Dalam partai Home menghadapi Dusseldorf, saya kalah 0-1. Dan partai terakhir menghadapi juru kunci St. Pauli, lagi-lagi imbang 2-2. Selesai sudah...................................
Bukan hanya gagal promosi, meraih tiket Play Off pun 1860 Munich gagal. Dan, kegagalan ini, salah satunya, disebabkan penampilan tim yang merosot sangat tajam dalam 4 pertandingan terakhir.
- Agak lama 1860 Munich baru mampu meraih Tactic Familiarity 100 %. Dan ini, disebabkan, salah satunya, karena kemampuan Coachinng Staff. Saat saya memanajeri tim dengan Coaching Staff yang berkemampuan maksimal, tim saya meraih Tactic Familiarity lebih cepat.
- Proses meraih Tactic Familiarity di awal musim, sampai bulan November-Desember, menjadi salah satu sebab, sulitnya meraih kemenangan di awal musim dan berimbas pada pencapaian akhir kompetisi lokal.
- Kesalahan di tengah musim, saya percayakan pembaharuan Kontrak pada DoF saya. Hasilnya, saya justru kehilangan Christopher Schindler. Kontraknya habis pada 2014. Pada Desember 2013, Nurnberg mengikat Schindler selama 3 musim ke depan.
- Saya “kehilangan” Moritz Stoppelkamp. Bintang utama tim. 2nd Division Player of the Year, 2nd Division Team of the Year, 2nd Division Top Assister, 1860 Munich Fans Player of the Year, dan salah satu Favoured Player.
Di tengah musim, karena merasa tim dalam keadaan Underachieving, Moritz memaksa dimasukan dalam Transfer List. Saya sudah gunakan berbagai cara untuk menahannya. Dia tetap memaksa. Akhirnya, saya nekat menjanjikannya Promosi musim ini. Hasilnya, anda dan saya sama-sama tahu. Saya gagal Promosi. Ini membuat Stoppelkamp merasa hubungan saya dengannya telah rusak, karena saya berbohong padanya, dan, tidak mungkin hubungan Moritz dengan saya sebagai manajernya kembali seperti semula.
- Kesalahan “terakhir” saya di akhir musim, adalah, saya tidak adakan Team Meeting untuk memastikan para pemain saya fokus pada tujuan. Saya tidak jamin dengan adakan Team Meeting, mungkin TSV 1860 Munich mampu meraih posisi 3 bahkan 2. Tetapi, paling tidak, bila saya manfaatkan semua tool yang disediakan Sport Interactive, saya jadi tahu, bahwa, saya telah mencoba lakukan semua yang terbaik yang bisa saya lakukan. Yang sedikit saya sesali, adalah, saya merasa belum lakukan (manfaatkan) semua usaha yang tersedia.
Sudahlah, kawan. Toh kompetisi sudah berakhir. Saya akan kembali di musim depan. Dengan satu tujuan, meraih Promosi ke Divisi Utama Liga Jerman, sesuai apa yang saya targetkan sejak awal.
Dari apa yang saya ceritakan dan bagaimana saya berhasil maupun gagal mengambil putusan terhadap kebutuhan tim, semoga bisa menjadi pelajaran bagi anda. Apa yang saya sarankan, bisa anda jadikan perbandingan atau panduan dasar. Untuk anda terapkan apa yang saya sampaikan ke dalam tim anda, saya sarankan adaptasi dan sesuaikan dengan kondisi tim anda. Pada bagian yang mana saya gagal, saya berharap hal tersebut bisa jadi pelajaran.
Dan, saya berharap saat anda punya cara yang lebih baik dalam memanagenya (tentunya tanpa FMRTE, Genie, atau Save-Load hehe), anda bersedia membaginya dengan saya dan komunitas FM Indonesia.
Oke, kawan-kawan, agan-agan, para pembaca, Sampi jumpa di musim 2014-2015. Salam FM. Terima kasih untuk luangkan waktu membaca artikel saya.
Ryantank100,
Post a Comment