Perkenalkan,
nama lengkap saya Muhammad Jodi Pratama tapi kalian bisa memanggil saya dengan
nama Jodi. Saat ini saya sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan
tinggi negeri di kota Palembang.
Sama seperti
yang lain, karena hobi yang sudah menjadi passion,
akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan kembali mengetikan kisah demi
kisah menikmati menjadi seorang manajer klub sepak bola dalam dunia virtual.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya saya haturkan kepada bang Handy
Fernandy karena telah menerima saya dalam “kesebelasan
blognyafootballmanager.com” besutan beliau.
Dalam
pengkisahannya nanti saya menggunakan gim Football Manager 2015 versi 5.1.3
dengan perubahan dan penambahan database yang lumayan besar jadi jangan heran
bila nantinya ada hal-hal yang ganjil yang kalian temui.
Perlu untuk
diingat bahwa segala sesuatu yang dikisahkan pada tulisan saya nanti hanyalah fiktif belaka tanpa ada motif atau
kepetingan apapun kecuali untuk menghibur pembaca dan menyalurkan hasrat
sebagai seorang football manager.
Terima kasih,
Selamat membaca.
---
“Coba pikirkan
lagi jod, ini bukan perkara sepele! Ini menentukan masa depanmu!” Tanya Hardi
dengan suara sedikit keras
“Iya, Har. Semua
sudah aku pertimbangkan dengan matang dan keputusanku sudah final”
“Yasudah kalo
gitu, kapan kamu berangkatnya jod?” Sambung Erik
“Terima kasih
Rik, Har. Minggu depan kalau tidak ada halangan aku sudah berada disana”
Jawabku
Matahari terus
turun pergi seakan meinggalkan bumi. Langit yang tadinya biru sekarang mulai
pudar bak kalah perang dengan pasukan oranye yang terus mendominasi taman
langit. Semua cepat berubah tanpa dikomandoi. Detik demi detik adalah waktu
yang berharga. Tapi semua itu seakan sudah puas dengan porsinya masing-masing.
“Besok kelas Bu
Indri pagi loh, jangan sampai telat. Kalo udah telat mending ga usah masuk deh”
Ucap Erik seraya pergi meninggalkan tempat.
“Eh nggak ke
Sariman dulu nih?” Tanya Hardi
“Boleh boleh,
yok. Ke tempat biasa dulu ya jod” Jawab Erik
“Okee” Jawabku
Dari dulu aku
yakin, Sariman bukanlah nama pemilik warung pecel lele yang biasa kami
kunjungi. Untuk urusan rasanya harus ku akui memang lumayan. Dan itulah mungkin
salah satu alasanya mengapa tempat itu ramai dikunjungi setiap hari. Seperti
biasa, aku memesan cumi goreng tepung.
Keesokan harinya
setelah selesai mengikut mata kuliah di kelas pagi hari aku bergegas ke kantin
kampus. Tak jauh dari ruang kelas. Memesan minuman lantas aku duduk di salah
satu pojok yang menghadap ke lapangan sepak bola pada kantin tersebut. Tak
lama, datang seseorang yang mendekat ke arah mejaku, terus mendekat, dan akhirnya
bertanya padaku,
“Kursinya kosong
nggak jod?”
“Oh kosong Mel,
duduk aja” Jawabku sambil tersenyum
Sesaat Amel,
temanku, duduk ada seseorang lagi yang datang menghampiriku. Postur tubuhnya
cukup besar, tegap, dan berisi. Memang aku tidak langsung memandang ke arahnya.
Seseorang tersebut terus mendekat dengan langkah kaki yang berbunyi karena
menggunakan sepatu. Sedikit ku lirik.
“Oh ternyata
pesananku, 5000 kan ya” Tanyaku seraya membayarnya
“Mel, sepertinya
aku baru lihat orang yang tadi” Tanyaku ke Amel
“Iya jod, biasa
orang baru hahaha” Jawab Amel
“Eh jod, katanya
kamu mau pindah?” Tanya Amel
“Iya mel, minggu
depan sudah nggak disini lagi” Jawabku
“Minggu depan?
Berarti lusa dong?” Tanya Amel lagi
“Iya mel, oh iya
Mel titip sala buat dia ya temanmu itu loh”
“Si itu? Hmmm
iya jod” Jawab Amel
Mataku kemudian
memandang jauh ke arah rerumputan di lapangan sepak bola itu. Tak biasanya aku
rasakan mengapa rumput di lapangan itu seolah-olah menjadi hijau sekali. Rumput
berstandar internasional yang biasa aku tonton di stadion di negara-negara
eropa sana.
Kembali ke
salamku tadi. Semenjak hari itu semuanya berubah. Tidak ada lagi malam-malam
kami, tidak ada lagi kursi-kursi kami, juga meja-meja kami. Semuanya menjadi
beku seperti larutan kimia di dalam tabung reaksi yang direaksikan dengan
larutan lain kemudian menjadi solid, menjadi berbentuk gel yang padat. Lalu,
gel yang padat itu terisi tiga per empat penuh dari tabung reaksi. Masih ada
jarak antar gel dengan bibir tabung reaksi. Mungkin seperti itulah kami.
Semuanya menjadi kaku, lalu tercipta jarak diantaranya. Semenjak hari itu
hingga saat ini, tabung reaksi itu seakan masih tersimpan rapat dalam lemari
kaca. Iya, masih bisa dipandang tapi disekat kaca.
Dua hari yang
lalu yang dikatakan bahwa hari ini adalah lusa sudah menjadi hari H. Pagi-pagi
sekali aku sudah berkemas menuju Bandara. Dengan diantar orangtua pagiku diseka
oleh matahari pagi.
“Bu, Yah,
sehat-sehat yah” Ucapku
“Iya nak, kamu
juga disana. Fokus kuliahnya ya” Jawab ibuku
Aku meninggalkan
Palembang menuju Bandung. Tempat dimana kuliah ku yang baru akan berada. Disana
aku menimba ilmu di Institut Sepak Bola Indonesia (ISBI). Sebuah perguruan
tinggi negeri yang baru dibangun pada tahun 2010. Sesuai dengan namanya
Institut ini bertujuan untuk mencetak pelatih-pelatih sepak bola handal.
Kurikulumnya pun langsung diadopsi dari Inggris bahkan ada beberapa tenaga
pengajarnya yang diimpor dari luar negeri. Pemerintah memang benar-benar serius
untuk mengubah wajah persepakbolaan Indonesia. Institut Sepak Bola Indonesia
ini juga berafiliasi dengan akademi sepak bola yang saat ini berlaga di kasta
terbawah dari liga Indonesia.
Tahun pertama
aku lewati dengan sangat lancar, nilai yang tinggi juga aku dapatkan. Begitu
pula tahun kedua dan ketiga. Semuanya terasa berjalan begitu cepat, tak terasa
tahun ke empat sedang aku jalani.
Sebagai seorang
mahasiswa yang cukup beruntung aku mendapatkan kesempatan magang di staff
kepelatihan Akademi Ksatria Indonesia. Akademi yang dimiliki oleh ISBI. Oh iya,
hampir aku lupa. Tahun ini ISBI membuat program khusus untuk menyeleksi pelatih
untuk tim Ksatria Indonesia tentunya mahasiswa ISBI yang lebih diutamakan. Tak
mau menyia-nyiakan kesempatan aku pun mengikuti program tersebut.
Ksatria
Indonesia adalah klub sepakbola profesional bentukan ISBI pada tahun 2013 yang
berlaga pada kasta tertinggi liga sepak bola di Singapura. General Managernya
adalah Pembantu Rektor II dari ISBI, Pak Gino Low, seorang keturunan Tionghoa
berkebangsaan Singapur. Pak Gino adalah seorang yang sangat concern dengan perkembangan sepakbola di
negara asalnya maupun di Indonesia. Dengan sifat pantang menyerahnya dan mau
berbaur dengan anak muda, beliau adalah orang yang pantas untuk membina klub
Ksatria Indonesia.
Program seleksi
yang diadakan ISBI terdiri dari dua tahap. Pertama tes wawancara dan kedua tes
tertulis.
Setelah lolos
tahap administrasi, tanggal 9 Desember tahun 2013 adalah hari dimana aku akan
menghadapi tes interview. Mungkin disinilah masa depanku dipertaruhkan kataku
dalam hati. Aku sudah meninggalkan banyak hal, meninggalkan kuliahku yang dulu
di Palembang ,meninggalkan semua kenangan disana, dan meninggalkan orang tuaku
dirumah. Aku juga masih ingat pesan ibu saat pertama kali mengantarku ke
bandara untuk fokus kuliah. Alhamdulilah sudah aku buktikan dengan capaian
prestasi selama aku menimba ilmu di ISBI.
“Tok, tok,
tok..”
“Come in..”
“Assalamualaikum,
good morning Sir” Ucapku pada Pak Gino, beliau selaku pembina klublah yang
langsung turun tangan mewawancarai calon manager Ksatria Indonesia.
“Walaikumsalam,
have a sit please” Kata Pak Gino
“Thank you sir”
Ucapku seraya menarik kursi
“Silahkan
perkenalkan dirimu dahulu” Kata Pak Gino
“Baik, terima
kasih pak. Nama saya Muhammad Jodi Pratama saya lahir 3 April tahun 1987. Saya
sekarang berada di Semester 8 di Institut Sepak Bola Indonesia. Saat ini juga
saya sedang magang di staff kepelatiha Akademi Ksatria Indonesia” Jawabku
“Lalu apa
tujuanmu mengikut seleksi ini” Tanya pak Gino lagi
“Tentu saya
ingin mengaplikasikan apa saja yang telah saya dapatkan selama menimba ilmu di
ISBI, itu yang pertama pak. Yang kedua saya ingin mencari pengalaman melatih
sebuah klub profesional dan yang terakhir tentunya menambah relasi” Jawabku
“Apa yang kamu
tahu dari Ksatria Indonesia?” Tanya pak Gino
“Ksatria
Indonesia yang memiliki julukan Ksatria Muda berdiri pada tahun 2013 lalu yang
mana klub profesional ini didirikan oleh ISBI yang bertujun untuk merubah wajah
persepakbolaan Indonesia dengan cara membina pemain bahkan pelatihnya sedini
mungkin. Ksatria Indonesia yang berlaga pada kasta tertinggi liga sepak bola
Singapura juga berafiliasi langsung dengan Akademi Ksatria Indonesia yang saat
ini berlaga pada Liga Nusantara di Indonesia” Jawabku
“Jika kamu
terpilih, kemana dan bagaimana Ksatria Indonesia nantinya akan kamu pimpin?”
Tanya Pak Gino dengan sedikit mengernyitkan dahi
“Jika saya
terpilih nanti pak, saya tentunya akan banyak merekrut dan menggunakan pemain
muda, kenapa pemain muda? Karena sesuai dengan visi dan misi klub ini serta
umurnya tidak beda jauh dengan saya pak” Jawabku dengan sedikit tersenyum
“Kemudian,
filosofi yang akan digunakan nanti adalah filosofi menyerang dengan
memanfaatkan bola-bola pendak serta kecepatan pemain muda. Untuk formasinya
saya masih sangat yakin dengan formasi 4-2-3-1” Sambungku
“Satu pertanyaan
terakhir, berapa gaji yang kamu inginkan bila terpilih?” tanya pak Gino
“Mengingat
prestasi saya selama kuliah di ISBI, ditambah dengan pengalaman saya selama
magang di Akademi Ksatria Indonesia dan juga kesamaan visi dan misi, saya rasa
100 juta rupiah per bulan adalah hal yang wajar pak” Jawabku
“Well, I think
thats all for today. Semoga beruntung ya” Tutup pak Gino
Satu hari
setelah wawancara, pihak manajemen klub melalui rektorat ISBI langsung
mengumumkan nama-nama yang lolos dari tahap wawancara. Alhamdulilah, namaku ada
di antara daftar nama-nama yang lolos dari tahap wawancara. Dari 27 Orang
mendaftar, yang lolos tahap wawancara hanya tersisa 9 orang termasuk aku
didalamnya. Seleksi yang dilakukan memang benar-benar ketat, standar yang
mereka patok pun lumayan tinggi mengingat tujuan besar mereka untuk merubah
wajah persepakbolaan di Indonesia. Betapa beruntungnya aku.
Beberapa hari
kemudian tepatnya pada tanggal 20 Desember 2014, pada pagi hari seleksi tahap
kedua dilaksanakan. Dari 9 orang yang lolos tahap pertama, hanya 7 orang yang
hadir. Entah apa alasan mereka yang absen. Baguslah pikirku dalam hati dengan
begini peluangku akan semakin besar.
Keesokan
paginya, sekitar pukul 8 pagi. Aku mendapat telpon dari private number.
“Haloo
Asalamualaikum”
“Walaikumsalamm,
Saya Gino Low GM Ksatria Indonesia. Benar saya berbicara dengan Jodi?
“Benar sekali
pak! Ada apa ya pak?” Tanyaku heran
“Nanti sore pukul
17 temui saya di ruangan saya di rektorat” Jawab pak Gino
“Baik pak!”
Jawabku antusias
“Oh iya, gunakan
pakaian terbaikmu ya”
“Siap pak”
Jawabku lagi
Iya, yang
menelponku tadi adalah Pak Gino. Beliau memang seperti itu selama aku kuliah,
beliaulah adalah sosok seseorang pekerja keras lihat saja dari awal proses
seleksi sampai sekarang beliaulah yang sangat aktif terlibat, selain itu juga
Pak Gino memiliki leadership yang baik yang terlihat dari manajemen waktunya
yang cekatan, dan terakhir Pak Gino memiliki
kharisma yang khas bagi kami mahasiswanya. Walaupun beliau warga negara asing,
tapi beliau sudah fasih berbahasa Indonesia. Itu juga yang membuat saya kagum
dengan beliau.
“Tok.. Tok..
Tok..”
“Silahkan
masuk..”
“Silahkan duduk
Jod” Suruh pak Gino
“Terima kasih
pak” Jawabku
“Kamu tahu
kenapa kamu dipanggil ke ruangan saya?” Tanya pak Gino dengan sedikit tersenyum
“Tidak pak tapi
bukankah pengumumanya tahun depan ya pak?” Tanyaku
Dengan senyum
khasnya, beliau mengeluarkan selembar amplop
“Silahkan dibuka”
Ujarnya
Ternyata isinya
adalah..
“Selamat ya, semoga
apa yang kamu dan kita cita-citakan untuk Ksatria Indonesia dapat segera
terwujud. Kami memang mengumumkan lebih awal karena jadwal pertandingan
ternyata sudah dirilis oleh regulator Liga Singapura”
“Terima kasih
pak” Jawabku singkat, terharu
“Sekarang klub
sedang dalam masa liburan, mereka baru mulai berlatih lagi pada tanggal 5 Januari
2015” Kata pak Gino
“Siap pak”
Jawabku
Senja kala itu
mengakhiri pembicaraan kami. Alhamdulilah keinginanku terwujud. Aku, seseorang
yang hampir mengorbankan masa depannya ke dalam ketidakpastian akhirnya menemui
hal yang aku sebut titik balik. Titik dimana semuanya akan kubuktikan. Titik
dimana semuanya akan segera berubah. Senja saat itu adalah saksinya.
Dengan
menggunkana penerbangan terakhir, Malam itu 3 Januari 2015 aku bertolak menuju
Singapura. Keesokan paginya aku harus seger menemui Pak Gino untuk membicarakan
mengenai Ksatria Indonesia kedepannya dan yang terpenting adalah tanda tangan
kontrak!
Hari yang baru kumulai.
Semua ilmu dan capaian prestasi yang aku dapat selama di ISBI akan segera aku
praktikan di Ksatria Indonesia.
“Terima kasih
pak Gino, engkau sudah memercayakannya padaku.. Terima kasih bu, yah, berkat
doa kalian aku bisa sampai sejauh ini” Kataku dalam hati
Oh iya, jam 9
pagi ini aku harus menemui pak Gino
“Tok.. Tok..
Tok..”
To be continued...
Post a Comment