Setelah
1 musim kompetisi berakhir, para pemain akan memasuki masa-masa istirahat (vacation), sementara staf lain klub
melanjutkan aktivitas non teknis. Yang kebetulan, di dalam FM aktivitas non teknis ini (dapat) dilakukan oleh kita sebagai manager. Beberapa di antara kerjaan non-teknis, adalah, negosiasi
perpanjangan kontrak, mencari pemain yang pas sekaligus melakukan penawaran
beli, sampai negosiasi kontrak dengan calon pemain baru. Selain pekerjaan
non-teknis, ada 1 kerja teknis yang banyak sekali dilakukan oleh para manager
pada saat masa-masa ini, karena memang harus dan kebetulan menyenangkan
(terutama bagi saya J),
yaitu, menyusun strategi-formasi-taktik baru. Nah, semua hal tadi akan dilakukan
dalam waktu yang “bersamaan” sekaligus singkat, pada saat vacation selesai dan musim baru telah datang.
Banyak pertanyaan seputar masa
pra-musim seperti ini dari para FMers,
sangat banyak malah. Tapi, intinya, jawaban yang dibutuhkan dari pertanyaan
tersebut, adalah, bagaimana kita memanfaatkan masa pra-musim bagi keuntungan
tim. Iya, kan? Nah, ini yang akan
jadi fokus dari tulisan ini. Ini yang akan kita diskusikan bareng-bareng. Oke, kite ke
TeKaPe, Gans.
Pertama,
pilihlah masa pra-musim yang terpanjang atau (SETIDAKNYA) terpanjang ke-2. Kenapa,karena, semua hal yang
disiapkan dengan rentang waktu paling maksimal, berkemungkinan meraih hasil sesuai dengan tujuan yang anda tetapkan
sejak awal.
Ke-dua, soal pengaturan latihan.
Saya biasanya memulai dari General
Training, Scheduling, dan Match
Training. Visualnya bisa dilihat di gambar di bawah ini.
Di awal musim, saya akan fokuskan
ke fitness (strength-aerobic) terlebih dulu, kenapa? Karena, bila anda
perhatikan per pemain, pada masa pra musim, condition
dan match fitness nya berada pada
level terendah. Seiring bertambahnya hari, level 2 hal tersebut akan meningkat.
Dalam masa2 ini, keterlibatan pemain dalam pertandingan dan latihan yang tepat,
akan membantu (mempercepat) mendapatkan level terbaik yang dibutuhkan. Intensity level, saya set ke High, karena, di masa lalu, pada intensity-Very High, saya mendapatkan
pemain2 saya lebih mudah cedera. Anda bisa saja set ke Very High level,
yang penting, pemain2 anda bisa menghandlenya.
Setting fitness-high akan saya
pertahankan sampai saat level condition-match fitness pemain (secara
umum) mulai meningkat dan mencapai level > 90%. Dengan setting seperti ini, 2 musim terakhir saya mendapatkan jumlah
cedera berat (> 1 bulan) per pemain, yang sangat minim sekali. Tidak seperti
musim2 sebelumnya. Malah, di salah 1 musim saya tampil di final UCL tanpa 6-8 pemain inti L. Setting yang tepat pada awal musim, akan
berkontribusi pada keuntungan teknis sampai akhir musim.
Match training dan scheduling,
sangat berpengaruh pada tactic-familiarity.
Oleh karena itulah, saya mengkombinasikan Tactic-only
pada Match Training dengan more match training maximum. Prinsipnya,
semakin anda ingin mendapatkan familiarity
100% (maximum fluid), scheduling anda harus berada pada level
ini.
Kita berlanjut ke friendly-match. Saya pribadi lebih suka
menyebutnya uji-coba. Untuk memberikan pengenalan strategi, formasi, dan taktik
lebih mendalam, mau tidak mau, tidak ada cara lain, selain, bertanding. Uji-coba
dengan berbagai tim adalah jawabannya. Selenggarakanlah 8-9 partai uji-coba tiap minimum
rentang 3 hari, bila ada Piala Super atau Piala Liga dalam masa2
ini, saya menganggapnya sebagai uji-coba. Total di Dortmund, saya bisa
mendapatkan 9-10 uji coba (termasuk 1 partai Piala
Super Jerman dan 1 partai Piala Jerman). Ada hal lain yang penting untuk
diingat. Catat, dengan berujicoba anda
bisa mendapatkan keuntungan dari meningkatnya pemahaman pemain2 dari sisi
teknis maupun potensi peningkatan pendapatan bagi klub anda. Manchester
United dan tim2 populer Eropa lainnya, sering kali lakukan tur uji-coba di
Timur Tengah, Asia Timur, dan USA. Dari sinilah pendapatan terbesar mereka
dapatkan. Sport Interactive sebagai FM developer menyadari hal ini, kawan. Mereka
terapkan hal tersebut sebagai opsi di dalam FM.
Jadi, saran saya lakukanlah uji-coba di negara2 dari region tersebut. Dari
pengalaman saya, Qatar, RRC, Jepang, Korea Selatan, dan USA, akan menjadi “lahan yang bagus” untuk lakukan uji-coba. Invite tim2 yang anda bisa kalahkan. Lakukan (paling tidak) 3 uji-coba berurutan
terhadap klub2 dari satu negara yang sama. Dengan kemenangan terus-menerus
pada uji-coba, morale pemain akan
terangkat sampai level SUPERB dan
anda dapatkan keuntungan lebih dari sisi popularitas (Reputation). Tambahan lain, bila anda punya pemain yang populer di 1
negara tertentu (contoh, Lukaku sangat populer di Belgia), anda bisa lakukan
uji-coba ke negara tersebut (dengan prinsip yang sama). Hal penting bila
berbicara ujicoba yang mempertimbangkan aspek komersil, adalah, FM telah menetapkan negara2 tertentu
sebagai ladang penjualan merchandise,
yang tampaknya, disebabkan, karena, menurut mereka, negara2 tertentu tersebut
memiliki pendapatn per kapita yang bisa memancing warganya untuk bersikap
konsumtif (membeli merchandise). Saya
beberapa kali lakukan uji-coba ke Indonesia dan India (karena besarnya populasi
di 2 negara tersebut), juga Australia. Tapi, apakah ada benefit setelahnya,
saya tidak tahu pasti (tidak terlihat). Kenapa? Karena, dalam annual report, 3 negara tersebut tidak
pernah disebutkan namanya.
Contoh uji-coba yang dilakukan Dortmund di USA (Charlotte – Montreal)
2 contoh laporan tahunan penjualan merchandise.
Lihat baik2, penjualan non-domestik mengambil prosentase terbanyak (bisa sampai
>80 %). Lihat nama-nama negara yang disebutkan. Manfaatkanlah fakta ini!!
Hal ke-empat, adalah, fase
perubahan fokus fitness pada match training menjadi Team Cohesion (Very High). Biasanya, saya lakukan perubahan setelah pencapaian condition-match fitness memasuki level
yang saya inginkan yang mungkin terjadi setelah 4-5 uji coba. Perubahan ini
perlu, sebagai bagian dari usaha manager menyatukan pemain baru dengan existing-players. Apalagi bila anda
membeli banyak pemain baru (>3 pemain di tim utama, contohnya). Ini gunanya kohesi dalam tim, selain
menyatukan pemain baru dan lama, tingkat kohesi yang baik bisa menjadi salah 1
kontributor terjaganya morale team pada
level teratas. Saya pertahankan setting
ini sampai H-3 / H-4 partai pertama liga, untuk selanjutnya saya switch ke Tactical-General Training.
Saat partai pertama Liga dimulai,
selain Tactical-General Training setting,
anda juga bisa langsung masuk ke Match
Training yang berhubungan langsung dengan style bermain tim anda secara umum. Begini sederhananya, karena 3
taktik saya semuanya memainkan ball-possesion,
saya putuskan Ball Control-General
Training sebagai setting saya ke
depannya. Perhatikan intensity levelnya.
Saya switch ke Average. Ini untuk
menjaga kondisi pemain selama pertandingan sebenarnya, supaya tidak “kehabisan”
lebih awal. Atau, anda bisa lakukan adjustment
secara bertahap, dari Very High
ke High lalu ke Average. Cobalah, anda akan temukan yang mana yang paling compatibel buat tim.
Hal ke-lima. Ingat selalu memantau
tactical familiarity anda. Pada saat telah “memunculkan” kata fluid pada semua aspek, segeralah switch Match Training tim anda ke bentuk
yang anda inginkan. Dalam hal ini, saya memilih Attacking Movement. Karena, Dortmund menerapkan mentality-Attacking dalam strateginya.
Adjust slider pada scheduling
sampai pada titik yang anda inginkan. Saya memilih 30% fokus pada
latih-tanding, karena, bagi saya, dengan setting
ini Dortmund akan selalu memiliki (maksimal) 2 hari mempersiapkan Match-Training. Dan, bagi saya, ini yang
saya inginkan. Toh sejauh ini,hasilnya memuaskan bagi saya. Untuk pilihan kombinasi General-Training dan Match-Training, ada baiknya anda
sesuaikan dengan reputasi tim anda secara umum dan bagaimana setiap kali BANDAR
TARUHAN dan PENGAMAT memposisikan anda (termasuk pendapat supporter dan manager tim lain). Ini penting. Sebagai tim underdog, sebaiknya (catat : sebaiknya),
hindari bermain frontal menyerang. Bermainlah lebih safe, dengan tujuan utama, menghabisi serangan musuh, untuk
kemudian, mencari peluang melakukan serangan balik. Terkait hal ini, salah 1
kombinasi General Training dengan Match Training bisa seperti gambar di
bawah.
Bila anda memilih bertahan atau parkir Pesawat Ulang-Alik di depan gedung
Pentagon, Defense Positioning dengan Defending bisa jadi pilihan. Karena, Defending pada General-Training akan memfokuskan pemain berlatih attribute bertahan, sementara, Defense Positioning akan mengenalkan
pemain pada bentuk pertahanan yang diinginkan.
Hal lain yang harus diingat,
adalah, faktor-faktor lain (sarana dan SDM di luar pemain) yang bisa mendukung
maksimalnya persiapan Pra-Musim dan latihan tim anda. Apa itu? Fasilitas dan Tim Pelatih. Dengan fasilitas latihan yang semakin baik, maka,
kemungkinan para pemain mendapatkan potensi mereka secara maksimal juga
meningkat. Dengan tim pelatih yang tepat, kemungkinan para pemain untuk
mendapatkan potensi mereka secara maksimal dan kemungkinan para pemain semakin
cepat familiar dengan taktik, juga meningkat. Berusahalah terus menaikan 2 faktor
ini ke level teratas, dengan tetap mempertimbangkan pendapat management dan kondisi keuangan. Berikut
2 contoh gambar terkait fasilitas dan tim pelatih.
Perhatikan Coaches Workload.
Dengan anda berhasil mencapai level Average
apalagi Light, fokus para pelatih untuk melaksanakan tugasnya juga akan
semakin tajam (setajam S*let)
Hal terakhir yang harus anda
putuskan dan atur sejak Pra-Musim dan awal-awal musim, adalah, individual training. Ini penting,
karena, individual training bisa
turut-serta mempercepat kenaikan attribute
para pemain. Juga, individual
training, sudah barang tentu, berkontribusi mensukseskan jalannya strategi
dan taktik anda. Untuk menghindari
resiko overload dan cedera pemain, mulailah
Individual Training setelah Intensity pada General Training telah mulai anda patok pada level Average. Berikut saya share gambar dan pertimbangan saya dalam
meng-individual training-kan pemain
Dortmund.
Kiper. Lihat pada kolom feedback,
disarankan bagi saya untuk fokus pada handling.
Bila kita melihat dari definisi dan apa tugas kiper, saran tersebut tepat
sasaran.Tapi, dalam kasus ini, saya cuekin.
Kenapa? Karena, saya lihat handling
attributenya sudah oke (16). Saya memutuskan fokus ke kicking. Karena, Moreno Arts banyak “membuang” long-kick. Focus Intensity saya
set ke Average, karena, dengan setting
ini, workloadnya terjaga pada
level Medium. Saya menghindari workload-Heavy apalagi Very Heavy. Walaupun, beberapa pemain
dengan personality professional dan model
profesional, tidak akan protes akannya, tapi, bagi saya, setting tersebut berpotensi pada
seringnya cedera bagi pemain (apakah benar pendapat saya, saya memilih untuk
tidak mencobanya)
Prinsipnya sama seperti di atas. Sedikit beda, adalah, saya memilih
melatih Ousmane untuk salah satu PPM favorit
saya yang saya pikir cocok diterapkanpada saat memainkan strategi umpan pendek-ball possesion, yaitu, Play One-Two. Catatan tambahan, attribute Ousmane yang saya rasa kurang,
adalah, Passing dan Stamina. Saya rotasi fokus latihan pada
2 attribute ini, setiap 2-3 bulan.
Perhatikan Intensitynya, saya memilih
Light, karena, pada saat saya coba switch ke Average, workloadnya meningkat
ke Heavy.
Pada akhirnya, saya coba tunjukanan
bagaimana morale level dan condition yang saya butuhan untuk
pemain Dortmund. Level pencapaian seperti ini yang akan saya jaga sebisa
mungkin sepanjang musim.
Saya pikir cukup untuk sharing kali ini. Semoga bisa memberikan
ide atau gagasan baru bagi anda. Dan, seperti yang sudah-sudah, FMers, temukan kombinasi yang paling tepat
bagi kondisi tim anda. Manfaatkan semua kemungkinan yang ditawarkan Sport Interactive. Coba dan evaluasi
secara berkala. Sehingga, anda bisa berharap kemenangan di tangan anda dan
target akhir anda bisa tercapai.
Ryantank100
mau tanya dong,kalo friendly match di negara2 seperti USA,china,jepang dll tadi itu mendingan dibuat friendly match 3x beruntun atau sekalian tour aja ya? terus sebenernya bedanya tour sama friendly match biasa (away) tu apa sih? (contoh: bedanya tour di china sama friendly match 3x beruntun di china)
ReplyDeletePost a Comment