Sweeper-Keeper dan Perannya Dalam Sebuah Tim



Manuel Neuer (Germany vs Algeria, World Cup Brazil 2014)

Selamat malam FMLovers, tepat diluar rumah sedang hujan rintik-rintik dan kali ini bersama Kopi, FM15, dan otak saya yang sangat berkeinginan membahas seorang Sweeper-Keeper. Apa itu Sweeper-Keeper sebenarnya?

Sebelumnya, saya ingin menjelaskan bahwa Sweeper-Keeper sebenarnya adalah evolusi tersendiri dari role Goalkeeper yang pada umumnya sudah kita kenal, lalu apa yang special dari seorang Sweeper-Keeper? Mungkin banyak dari orang-orang beranggapan bahwa sebenarnya Sweeper-Keeper sama saja dengan Goalkeeper biasanya, yaitu hanya sekedar menangkap, menepis, dan berteriak mengatur pertahanan di depan garis gawang.

Untuk menjadi seorang sweeper-keeper memang tidaklah mudah. Butuh performa konsisten yang mengawinkan banyak aspek, seperti kemampuan atletisme dan teknik yang tinggi, ditambah juga tentunya kemampuan goalkeeping itu sendiri.

Selain itu, Sweeper Keeper adalah seorang penahan serangan lawan yang juga adalah awal dari serangan sebuah tim yang ia bela, yang tentu saja juga membutuhkan keberanian, karena tak jarang seorang Sweeper Keeper harus menerima benturan dari pemain lawan, selain itu juga seorang Sweeper Keeper dituntut untuk berani memainkan bola di kakinya. Contoh yang paling mudah seorang Sweeper Keeper yang sempurna adalah Manuel Peter Neuer, kiper asal Jerman dan klub Bayern Munchen ini menjelma sebagai seorang Sweeper Keeper yang sempurna. Begitulah ujar ujar pelatih kiper Jerman, Andreas Köpke “Saya belum pernah melihat sweeper yang lebih baik daripada Neuer selain mungkin Franz Beckenbauer,”. Pernyataannya yang sangat revolusioner.

Maka dari itu bersiaplah dan jangan kaget jika nama Manuel Neuer akan menjadi salah satu nama yang bisa mengubah paradigma kita terhadap penjaga gawang di sepakbola dunia di masa depan. Kemampuan Neuer sebagai sweeper-keeper untuk Bayern Munich dan Jerman bisa mengikis mistik yang mengelilingi aura dari seorang kiper.

Berlebihan mungkin, tetapi permainan Neuer bisa mengubah sudut pandang banyak orang yang menontonnya, sehingga akan bisa meyakinkan jutaan anak-anak untuk menyingkirkan anggapan bahwa menjadi kiper dalam sebuah pertandingan sepakbola adalah sebuah “posisi buangan”.

Jika melihat sejarah, tren ini tidak jelas dimulai kapan. Namun, satu hal yang jelas, ini dipopulerkan oleh Rinus Michel bersama total football-nya di tahun 1970-an: kiper memang berperan sebagai penjaga gawang, tetapi mereka juga dapat bermain sebagaifull-back yang gemar naik untuk melakukan tekel dan membantu mengawali serangan.



*Rinus Michel

Secara tradisional, ketika kiper sedang memegang penguasaan bola, tugas mereka adalah untuk memposisikan diri menghindari potensi bahaya dari lawan. Namun pada kasus Victor Valdés misalnya, ia justru mencerminkan kebutuhan tim untuk melihat potensi bahaya: mendebarkan pastinya menjadi pendukung tim Barcelona ketika Valdés sedang menjaga gawang. Seperti foto dibawah ini ketika Valdes yang terlalu lama memainkan bola yang malah menyebabkan blunder, akhirnya bola dilesakkan masuk ke gawang oleh Angel di Maria.

Tetapi itulah sweeper-keeper, mereka selalu berteman dengan permainan yang berbahaya, dan blunder komikal adalah musuh di dalam selimut bagi mereka.


Pelatih-pelatih di Eropa, terutama di Jerman dan Spanyol, memang sekarang ini sudah mulai fokus pada pengembangan kiper yang tidak hanya bertugas menjaga gawang. Peran ini mungkin juga banyak dipengaruhi dari berkembangnya permainan futsal di dunia, ketika kiper juga dituntut untuk bisa bermain dengan teknik yang baik.

Kiper seperti Neuer senantiasa dituntut untuk selalu bisa membaca seluruh permainan, memainkan operan yang berkualitas, serta bertindak sebagai full-back atau bek tengah ekstra.

Sorotan paling komplit dari peran Neuer ini bisa kita lihat pekan lalu saat Bayern menghadapi Manchester City di Liga Champions. Saat itu Bayern harus bermain dengan 10 pemain setelah Mehdi Benatia di-kartu merah.

Namun, kehilangan satu bek tengah justru membuat Bayern tetap seperti bermain dengan 11 pemain akibat dari kemampuan sweeper-keeper Neuer. Bahkan Bayern sempat unggul 2-1 setelah babak pertama usai.

Revolusi ini juga dilakukan oleh Louis van Gaal di tim nasional Belanda (Piala Dunia 2014) dan Manchester United. Sistem van Gaal meningkatkan kemampuan tim untuk membangun serangan dari belakang.

Jika menghadapi 4-2-3-1 atau 4-3-3, tim lawan akan mencoba menugaskan tiga pemain untuk menekan para bek tengah. Lalu jika striker dan dua pemain sayap lawan ini menekan, kedua wing-back bisa turun dan menyediakan opsi lain.

Selain itu, ini akan membuat gelandang tengah untuk turun mendukung pertahanan. Ini membuat pertahanan akan diisi oleh 5 sampai 6 pemain (2 atau 3 bek tengah, 2 wing-back, dan 1 gelandang bertahan), plus seorang kiper.

Belum lagi menghitung peranan bagaimana kiper mengalirkan bola pada wingback yang sudah berada dalam posisi siap menyerang, seperti yang bisa dilihat pada grafik Jasper Cillessen di bawah ini, saat Belanda menghadapi Spanyol di babak grup Piala Dunia 2014 lalu.



Grafik operan Cillessen kepada wing-back (Belanda 5-1 Spanyol) – sumber: FFT Stats Zone

Cillessen beberapa kali menjadi kunci di saat para bek tengah ditekan sedemikian rupa sehingga ruang mereka untuk mengoper kepada wing-back menjadi tertutup. Jika diingat-ingat, beberapa kali kita mendapati Cillessen menerima operan dari salah satu bek tengah, kemudian agak berlama-lama menunda distribusi bola kepada wing-back.

Hal ini ia lakukan dengan harapan setidaknya satu pemain lawan akan terpancing untuk menekannya, tetapi sambil meninggalkan ruang yang kosong pula untuk jalur operan Cillessen kepada salah satu wing-back. Berisiko memang, maka dibutuhkan seorang kiper bermental tinggi.

Membangun serangan dapat dimulai dari kiper. Kiper dapat mengoper ke salah satu dari bek tengah yang pada saat transisi ini mengisi posisi yang dapat meng-cover seluruh lebar lapangan. Sebaliknya, kiper menjadi opsi operan jika pemain bertahan sudah ditutup oleh lawan pada satu sisi. Ini juga yang sering dilakukan oleh David De Gea saat ini di bawah bimbingan van Gaal.

Berikut ini adalah attribute seorang Sweeper Keeper di Football Manager



Kita lihat, Rushing Out 19 tampaknya adalah salah satu attribute kunci yang dibutuhkan oleh seorang Sweeper Keeper. Karena Rushing Out memang adalah hal yang paling menarik dan berbeda dari seorang Goalkeeper biasa, karena Rushing Out adalah bagaimana seorang Sweeper Keeper melakukan tugas khasnya, yaitu keluar jauh dari gawangnya untuk menahan serangan lawan dan membantu proses penyerangan. Selain itu Determination 18, Reflexes 18, Agility 16 One on Ones 16 serta Kicking 15 sudah cukup membuat seorang Sweeper Keeper berdiri gagah dibawah mistar gawang,

karena seorang Sweeper Keeper lebih handal dalam situasi One on Ones jarak dekat itulah mengapa attribute nya sangat mencolok yaitu 18.

Kicking juga diperlukan seorang kiper untuk membantu serangan timnya, entah dalam situasi counter attacking ataupun serangan dari awal.

Kombinasi Tekanan, Bola Pendek, dan Bola Panjang

Tidak bisa sembarangan memang, sweeper-keeper perlu memahami bagaimana posisi mereka akan membantu atau merugikan tim. Peckie Bonner sempat mengatakan kepadaThe Technician, “Kiper sudah menjadi anggota tim yang tidak terpisahkan dengan peran penting dalam membangun permainan dari belakang. Mereka tidak hanya bermain umpan-umpan pendek dengan maksud untuk memulai permainan, tetapi juga telah berkembang untuk meluncurkan bola ke depan (long ball) serta menginisiasi serangan balik.”

Pada contoh lain, salah satu pengaruh besar diakui oleh Pep Guardiola di Bayern dengan berkata bahwa Arrigo Sacchi adalah pelatih yang mempengaruhinya.

Sacchi yang inovatif berpendapat bahwa jarak antara lini serang dan pertahanan harus tidak lebih dari 25 meter. Ini berarti senantiasa menuntut tim untuk bermain gemilang saat timnya diserang, yaitu dengan memungkinkan mereka untuk membuat lawan terburu-buru dengan tekanan tinggi.

Tim juga harus bisa memanfaatkan kerentanan lawan terhadap potensi serangan balik cepat dengan bola panjang. Di sini lah peran kiper, untuk meminta back-pass dari beknya dan mengirim umpan panjang ke depan.

Kecemerlangan Neuer memungkinkan Guardiola untuk memainkan tekanan tinggi yang Sacchi ajarkan dengan membuat kipernya menjadi bek tambahan. Persis seperti saat Bayern menghadapi City.

Permaianan ini datang secara alami kepada Neuer yang memang sering berlatih dengan pemainoutfield sejak hari-harinya di tim muda FC Schalke 04. Bahkan ada cerita setelah satu penampilan yang mengesankan ketika ia masih muda, salah seorang penggemar terpesona dan meminta tanda tangan. Ia mengira Neuer adalah pemain baru tim Schalke. Tetapi Neuer menjawab dengan agak heran, “Saya Manuel Neuer, kiper ketiga tim Anda.”

Dalam satu abad terakhir, tren sweeper-keeper memang sempat tenggelam. Namun kini kiper sedang menuju peran yang lebih dinamis yang lebih integral, taktis, dan juga psikologis ke dalam tim. Generasi Neuer ini memang sedang menikmati lebih banyak kebebasan dari para kiper pendahulunya.

Siapa tahu, jika Neuer dkk terus bermain seperti ini, ia akan mengubah pandangan kita semua terhadap peran penjaga gawang pada permainan sepakbola. Kemudian para pelatih dan pakar sepakbola mungkin akan mulai menyebut 4-3-3, 4-4-2, dan 4-2-3-1 dengan awalan angka 1.

Sekian artikel tentang pembahasan seorang Sweeper Keeper dari saya kawan FMLovers, semoga bermanfaat.

Salam.

1 تعليقات

إرسال تعليق

أحدث أقدم