Oleh : Rezki Resmana Halalan
Karya ini dibuat untuk mengikuti #FMLoversStory dari Komunitas FM Indonesia untuk FMLovers Indonesia. Disponsori oleh Blognya FMLovers, Aremania dan Blognya Football Manager.
Halo FMLovers Indonesia!!! Perkenalkan nama saya Rezki Resmana Halalan, 21 tahun. Saya berasal dari sebuah kota kecil di Jawa Barat yaitu Majalengka. Berawal dari kegemaran saya bermain Playstation sejak kecil kemudian hal itulah yang mengenalkan saya terhadap game Football Manager. Awal cerita saat usia 16 tahun, saat itu saya masih bersekolah ditingkatan pertama SMP secara tidak sengaja membeli CD Championship Manager (Playstation) yang dikira itu adalah game sepakbola semacam Winning Eleven. Tapi perkiraan itu ternyata salah, saat pertama kali bermain Championship Manager itu saya hanya bisa melongo layaknya anak kecil yang kebingungan, saya sama sekali tidak mengerti game apa ini sebenarnya.
Lambat laun saya mulai mengerti dengan aturan main game ini yaitu menjadi seorang manager. Sejak saat itu saya tertarik dan suka terhadap cara bermain menjadi sorang manager dan mulai melupakan game Winning Eleven yang saat itu sangat populer. Singkat waktu saya pun beranjak ke SMA ketika sedikit demi sedikit Playstation mulai ditinggalkan dan saya mulai mengenal dengan yang namanya laptop, mungkin karena saya seorang gamers sejati maka yang ada dalam benak pikiran pun adalah bagaimana caranya saya untuk bermain game dilaptop. Ketertarikan dan kesukaan saya terhadap game Championship Manager pun berlanjut, saya mencari CD game tersebut untuk PC dan akhirnya saya mengenal game Football Manager. Saya bermain Football Manager dari seri 2010, 2011, 2012, 2013 sampai sekarang 2014 saat saya sudah menjadi mahasiswa disalah satu perguruan tinggi di Majalengka. Itulah sejarah singkat bagaimana saya mengenali sampai jatuh hati terhadap game Football Manager ini.Ada hal menarik ketika saya bermain layaknya menjadi menjadi seorang manager dalam sebuah klub sepakbola ini, entah karena rasa cinta tanah air saya terhadap Indonesia ataupun entah karena apa saya lebih suka bermain menjadi seorang manager di Liga Indonesia dibanding di Liga-liga luar seperti Inggris, Spanyol ataupun Itali. Mungkin karena menurut saya di Liga Indonesia ini perpindahan pemain dari satu klub ke klub lain itu lebih sering terjadi dari pada di Liga-liga luar, hal itu dampak dari durasi kontrak pemain Indonesia yang mayoritas berjangka pendek tak lebih dari satu tahun sehingga ditahun selanjutnya kita sebagai manager bisa dengan mudah membeli pemain bahkan bisa mendapatkan secara gratis. Dan hal itulah yang menjadi daya tarik game Football Manager ini tiada lain dan tiada bukan adalah transfer pemain, di Liga Indonesia saya lebih leluasa meracik suatu klub dengan pemain yang saya inginkan. Oleh karena “pengalaman” itu saya sudah mencicipi bagaimana hitam putih dan asam manis nya menjadi manager di Liga Indonesia, mulai dari rasa sakitnya bagaimana dipecat kemudian ngemis-ngemis dengan melamar ke klub lain sampai dengan rasa manisnya kursi jabatan rangkap sebagai manager klub dan juga manager timnas saya sudah rasakan. Ketika diminta menceritakan pengalaman tentang sepakbola Indonesia di Football Manager oleh admin @id_fm, saya pusing memilih cerita pengalaman saat melatih di klub mana karena begitu banyak cerita yang dirasakan. Dan pilihan itu jatuh ke pengalaman terakhir saya saat melatih PSS Sleman. Ada hal menarik disini saya membangun sebuah “dinasti” sepakbola Belanda di klub Indonesia yaitu PSS Sleman mulai dari Divisi I sampai duduk manis di kasta tertinggi ISL dengan merekrut pemain-pemain keturunan Indonesia dalam rentang waktu 3 tahun dari 2014-2017 sampai akhirnya di 2017 skuad PSS Sleman dipenuhi oleh pemain blasteran.
Oke awal cerita saya memulai sepak terjang sebagai manager di PSS Sleman di musim 2013/2014, sebuah klub yang berada di Divisi I yaitu kasta ketiga Liga Indonesia dibawah ISL dan Premier Divison atau Divisi Utama. Diawal kepelatihan saya meracik taktik terlebih dahulu dengan formasi andalan saya yaitu 4-2-3-1, kemudian Mentality saya pilih Control, Fluidty saya pilih Fluid, adapun dalam team instruction saya menerapkan retain possesion, shorter passing dan roam from positions. Dengan taktik dan formasi yang telah saya tentukan barulah saya mencari pemain-pemain yang dibutuhkan. Saat itu PSS Sleman masih berada di Divisi I dengan regulasi tanpa pemain asing dan menuntut saya untuk menggunakan pemain-pemain lokal potensial. Dinasti sepakbola Belanda pun dimulai dengan merekrut Van Beukering dengan free transfer yang tanpa klub kemudian saya mencari pemain ke negeri Belanda lalu mendapatkan Yoram Pesulima dari klub DTS Ede, Tonnie Cussell dari klub Ajax Amateurs, Peta Toisuta dari klub WSV dan juga satu pemain muda potensial Indonesia dari klub Penarol Uruguay yaitu Abdul Rahman Lestaluhu. Seperti kucing dalam karung, saya memutuskan merekrut pemain “yang penting keturunan Indonesia” tanpa melihat rekam jejak dan juga tanpa men-scout nya terlebih dahulu. Saya memadukan antara pemain lokal asli dengan pemain blasteran ini ditambah satu rekrutan pemain berpengalaman Elie Aiboy dari Semen Padang senilai 150M. Singkat Cerita saya berhasil menjuarai Divisi I dan promosi ke Premier Division (Divisi Utama). Tak sia-sia, diakhir musim Tonnie Cussell mendapatkan penghargaan pemain terbaik Divisi I musim 2013/2014 dengan torehan 15 gol dan 21 assist.
Masuk dimusim 2014/2015 PSS Sleman naik kasta ke Premier Division (Divisi Utama). Saya tidak merubah taktik dan formasi dimusim sebelumnya, akan tetapi dalam komposisi pemain berubah sekitar 50% karena dimusim ini diperkenankan menggunakan jasa pemain asing sebanyak 3 pemain dan pilihan untuk 3 pemain asing itu jatuh ke Herman Dzumafo Efandi yang saya dapatkan secara gratis, kemudian Konate Makan saya transfer dari Barito Putera dan Ronan pemain asal Guinea yang didapat dari Arema LPIS. Pemilihan pemain asing ini berdasarkan pada posisi mereka masing-masing yaitu Ronan di Defender, Konate di Midfielder dan juga yang saya suka dari Dzumafo yaitu memiliki dua posisi di Striker dan Attacking Midfielder sehingga dia bisa fleksibel saya tempatkan di dua posisi tersebut. Selain itu untuk menyempurnakan komposisi pemain yang sudah saya miliki, kembali misi dinasti sepakbola Belanda saya lakukan dengan merekrut pemain blasteran yaitu Jeffrey Flohr dari klub DSO, lalu ada Alessandro Trabucco pemain kelahiran 1994 ini saya datangkan dari klub Itali Savignanese, adapun Manahati Lestusen dan Alfin Tuasalamony dari klub Uruguay Indonesia SAD dan juga Syamsir Alam dari klub Vise dengan begitu saya telah mendapatkan 10 pemain dari klub luar negeri.
Dimusim baru dengan bermain di Premier Divison perjalanannya sangat terjal sampai diawal musim sempat tercecer di peringkat ke 10 fase grup. Peran ketiga pemain asing sangatlah menonjol di berbagai lini, produktivitas gol Dzumafo patut diacungi jempol begitu juga assist nya sampai menginjak dua digit angkat, sedangkan Konate Makan menjaga keseimbangan permainan lini tengah walaupun ditengah musim dia dihantui oleh cedera kambuhan, dilini belakang Ronan menjadi tembok kokoh dan sesekali dia mencetak gol lewat servis tendangan penjuru.
Ada hal menarik karena diposisi Striker ada dua pemain tajam yaitu Van Beukering dan Abdul Rahman Lestaluhu, maka posisi Trabucco saya rubah lewat training dan focus ke Winger menempati Attacking Midfielder Left dan di kanan di isi oleh Syamsir Alam juga Jeffrey Flohr. Sedangkan untuk Peta Toisuta dan Manahati Lestusen permainan nya masih angin-anginan terkadang memiliki morale yang buruk.
Diakhir musim PSS Sleman menjuarai Premier Division usai mengalahkan Persidafon dengan pertarungan sengit 5-3, dan lolos otomatis ke kasta teringgi Indonesia Super League. Dan lagi-lagi pemain keturunan diganjar penghargaan kali ini adalah pemain termuda terbaik didapatkan oleh Abdul Rahman Lestaluhu dan Alessandro Trabucco di musim 2014/2015
Selanjutnya di musim 2015/2016 saya berhasil membawa PSS Sleman bawa duduk manis di kasta tertinggi Liga Indonesia yaitu Indonesia Super League tentunya dengan perjalanan yang sangat panjang. Sama seperti dimusim sebelumnya, saya mencari pemain-pemain keturunan yang masih bermain diluar untuk direkrut ke PSS Sleman dan hasilnya adalah Alessio Franciscus, Gavin Kwan Adsit, Stanley Mailoa, Raphael Maitimo, Gaston Salasiwa dan Massaro Latuheru berhasil saya boyong ke Sleman. Mungkin dalam benak saya adalah mengulang kesuksesan Tonnie Cussell, Abdul Rahman Lestaluhu dan Alessandro Trabucco dimusim selanjutnya mengantarkan PSS Sleman juara dan juga dinobatkan sebagai pemain terbaik, namun apa yang terjadi? klimaks dari ke-“ngotot”-an saya merekrut pemain-pemain keturunan indonesia ada dimusim ini. Saya kurang memperhatikan komposisi pemain lainnya yang dalam satu posisi begitu numpuk seperti di Attacking Midfielder Right ada Syamsir Alam, Jeffrey Flohr, Stanley Mailoa dan Gavin Kwan Adsit sehingga terjadi ketimpangan dalam tim. Sulit dibayangkan ketika dalam satu tim ada 4 pemain yang memiliki kemampuan yang merata dalam satu posisi, konsekuensinya Jeffrey Flohr saya lepas ke Barito Putera. Sedangkan untuk materi pemain asing saya menambah dua pemain dari Asia yaitu Jason De Jong (Filipina) dan Teerasil Dangda (Thailand) keduanya saya dapatkan secara gratis karena tidak memiliki klub. Karena ketimpangan tersebut dimusim 2015/2016 saya tidak mendapatkan prestasi apa-apa hanya difinish diposisi 4 Indonesia Super League.
Begitulah pengalaman saya menangani klub PSS Sleman, mulai dari divisi I sampai ke Indonesia Super League. Sebenarnya banyak pemain regen keturunan Indoensia dan juga pemain seperti Ruben Wuarnabaran, Leroy Resodihardjo, Stefano Lilipaly, Irfan Bachdim, Marinco Hiariej, David Ririhena, Massiomo Luongo, Kenny Anderson, Tom Hiariej dll yang tidak saya rekrut. Ada sebuah harapan tersendiri terhadap apa yang saya lakukan di Football Manager kepada pemain-pemain keturunan Indonesia ini, tak sedikit pemain keturunan yang direkrut kemudian dinaturalisasi lalu dipanggil ke Timnas Indonesia sehingga mereka sepenuhnya memiliki kewarganegaraan Indonesia. Dan saya sebagai pecinta sepakbola berharap Timnas Indonesia bisa memperbaiki diri agar lebih maju kedepannya, jika menaturalisasi pemain adalah langkah yang terbaik kenapa tidak?
Terimakasih untuk yang sudah membaca dan semoga pengalaman saya ini bermanfaat bagi FMLovers Indonesia untuk saling bertukar informasi. Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Blognya FMLovers, Aremania dan Blognya Football Manager. Salam saya untuk para manager seluruh Indonesia!!!
Rezki Resmana Halalan
Twitter : @rzkrsmn
Post a Comment