Untuk memulai, ijinkan saya mendefinisikan apa itu pressing dalam sudut pandang saya. Pressing pada dasarnya merupakan usaha untuk merebut bola dari lawan atau memaksa lawan melakukan mistake, untuk kemudian anda (bisa) lakukan serangan memanfaatkan celah dan keterkejutan lawan.
Konsep ini semakin populer di era sepakbola modern. Dari masa ke masa, perkembangan konsep pressing mengalami banyak perubahan (paling terutama ada pada intensitasnya). Anda bisa menemukan pressing mulai dari era AC Milan-nya Arrigo Sacchi dengan Corto Streco (Pendek Merapat), Borussia Dortmund-nya Jurgen Klopp dengan Gegenpressing (Counterpressing), Barcelonan-nya Pep Guardiola dengan 6 second rule, atau Jerman era Joachim Low.
Pressing merupakan salah satu alat paling mematikan dalam sepakbola modern. Pressing yang dikombinasikan dengan serangan cepat, merupakan kombinasi yang sangat membunuh. Setelah tim anda berhasil merebut bola, secepat itu pula anda lakukan serangan. Serang musuh ketika ia memejamkan matanya sekejap.
AC Milan lakukan pressing, Barcelona lakukan Pressing, Dortmund lakukan Pressing. Sepakbola modern berevolusi ke bentuk di mana Pressing Play semakin menemukan “rumahnya”.
Banyak gagasan Pressing diperlihatkan oleh manager kelas dunia, salah satu satu yg paling terkenal, adalah, “6 second rule” milik Pep Guardiola di Barcelona. Sebuah konsep yang bertujuan utama utk kembali menguasai bola dalam waktu sesingkat-singkatnya, setelah tim kehilangan bola. Di bawah 6 detik, pemain diharuskan membentuk sebuah formasi Pressing. Pemain-pemain terdekat ke pemegang bola melakukan pressing, dengan harapan musuh melakukan kesalahan (mistake), sehingga, tim mampu kembali menguasai bola. Coba lihat partai la Liga 2008-2009, Barca 4-0 Valencia, atau, Barca 3-1 MU (Final UCL 2011), di partai-partai ini peraturan 6 detik dijalankan dgn coeiamoeik.
Oleh Klopp, konsep ini “disempurnakan” (mungkin lebih tepat bila saya sebut diekstremkan). Klopp berkata, saat terbaik untuk kembali merebut bola, adalah, saat tim kehilangan bola, karena, saat itu musuh baru mulai mikir, bola mau dikemanain. Klopp ingin, saat kehilangan bola itulah, 1-3 pemain terdekat langsung lakukan pressing (bisa dengan body-charge atau hard-tackle), dengan tujuan utama, merebut kembali bola dalam waktu sesingkat mungkin dan langsung lakukan serangan balik (counter attack) secepat mungkin. Gol pertama Henrikh Mkhitaryan ke gawang Arsenal (UCL 2013), jadi salah 1 contoh. Gol Jakub Blazczykowski ke gawang Marseille (3-1) menjadi salah satu simbolisasi Gegenpressing Dortmund.
1.1. Lihat bagaimana pemain-pemain Dortmund dalam memposisikan diri. Ini jadi awal gol Dortmund ke gawang Arsenal. Sesaat setelah kehilangan bola, Reus dan Lewandowski langsung Closing Down Ramsey, kemudian bola diarahkan ke Miki yang berada di tengah.
Gegenpressing. Begitu Klopp menyebutnya. Bahasa Inggrisnya, kira-kira, Counterpressing. Bisa diduga, gagasan utamanya, yaitu, pressing dan counter (attack) secepatnya. Sebuah gagasan untuk sesegera mungkin menekan musuh begitu tim kehilangan bola dan melakukan serangan dengan jumlah sentuhan seminim mungkin. Sebuah dasar pikir hardcore, disampaikan Klopp dalam wawancaranya, Vollgasveranstaltungen!! Yang bila diterjemahkan, artinya, kira-kira, tempo tinggi (high tempo) dengan semangat menang atau mati (soul), menekankan pada Passing, Speed, Attacking, dan Closing Down. Aje buset mah, si Klopp!!
Lantas, bagaimana visualisasi Pressing saat anda terapkan ke dalam FM? Ini yang akan saya perlihatkan.
Pressing sekali lagi merupakan senjata yang sangat efektif. Dan sangat membantu tim meraih kemenangan. Ini merupakan fakta, baik di dalam dunia nyata maupun FM. Di dalam pertandingan FM, Pressing yang intens membantu anda membuat lawan anda Nervous. Bahkan, tanpa lawan merasa nervous pun, Pressing forces them to make mistake. Pressing merupakan sebuah konsep bermain yang bisa anda terapkan, baik dalam fase bertahan, fase menyerang, maupun fase peralihan di antara ke-duanya.
Sebelum jauh berbicara bagaimana kita bisa merealisasikan Pressing dalam FM, anda perlu sadari, bahwa, Pressing adalah juga seperti taktik lain, memerlukan kriteria-kriteria agar si taktik berjalan sesuai rencana.
Untuk memainkan Pressing, anda perlu pemain dengan attribute yang pas. Ini mutlak. Karena, pemain merupakan manusia yang membangun pondasi sistem sekaligus yang menjalankannya. Tim yang memiliki determinasi, mau bekerja keras, mampu bekerja kolektif, punya stamina, dan cerdas, merupakan tim yang sangat ideal untuk bermain High Intensity Pressing Play. Sekali lagi, dengan Attribute yang sesuai, Pressing lebih maksimal diterapkan.
Untuk memainkan pressing anda perlu melakukannya sebagai sebuah sistem, sebagai sebuah unit. Ini mutlak harus dipahami. Bukan hanya karena sepakbola merupakan olahraga kolektif. Tapi lebih dari itu, Pressing yang dilakukan sebagai sebuah unit yang saling mendukung akan menciptakan tekanan besar pada lawan. Pressing akan mencapai level di mana tim lawan merasa seakan-akan tidak ada ruang untuk bernapas atau sekedar menarik napas panjang sesaat.
Itulah Pressing yang ideal. Ada sistem dan ada pemain di dalamnya.
Mari kita lihat beberapa screen shot dari save saya. Dengan menampilkan screen shot, saya berharap anda dapatkan gambaran awal bagaimana Pressing bekerja dan bagaimana visualisasinya.
2.1. Perhatikan D-Line Block Dortmund. Tinggi ke dalam pertahanan Madrid. Panah kuning merupakan kemungkinan arah Pressing. Kebetulan, dalam partai ini saya gunakan Assymetris Formation 4-1-2-2-1 (MR dan AML). Saya pikir, kombinasi Assymetric-Formation ditambah instruksi konsep Pressing, memaksa Kiper Madid mengarahkan bola ke kanan. MR saya berposisi awal lebih ke dalam agak jauh dari LB Madrid, ketimbang AML yang lebih advanced dan dekat dengan RB Madrid. Apa yang terjadi selanjutnya...... Lihat pada SS ke-dua dan tiga di bawah.
2.2. Begitu Luka Glumac menerima bola, saat itu pula Ousmane menggunakan kecepatannya yang mengagumkan untuk lakukan Pressing. Lihat juga 2 kemungkinan Pressing lainnya yang sudah menunggu, dari Lukaku dan Kujevic.
2.3. Jebret.... Ousmane mengambil alih bola dari kaki Glumac. Kebetulan, Glumac (bila anda ikuti tulisan saya https://ryantank100.wordpress.com/2014/06/08/analisa-pertandingan-yang-saya-lakukan-sebelum-selama-dan-sesudah-pertandingan/ anda bisa temukan analisa saya terhadap Luka Glumac) merupakan salah satu titik lemah dalam partai ini. Kelemahan Glumac ditambah individual skill Ousmane, membuat sisi kiri belakang Madrid mejadi salah satu area paling empuk.
3.1. Berikutnya, saya perlihatkan bagaimana Pressing bekerja di pertahanan. Bakkali, MR Madrid, mencoba eksploitasi sisi kiri pertahanan. Ada Balanta dan Benito di sana. Sesaat Bakkali Hold Up Ball untuk mencari alternatif lain. Bila anda lihat panah kuning, itu merupakan kemungkinan gerakan Defensive Movement pemain Dortmund. Perhatikan Narrow-nya positioning pemain. Bila anda analisa dan perhatikan Pressing-play (termasuk di dunia nyata), anda akan temukan bentuk penempatan posisi dan jarak antar pemain yang sangat narrow.
3.2. Bakkali memberikan bola pada Meyer (RB) yang lakukan Run From Deep. Saat Meyer mendapatkan bola dan berusaha masuk kotak penalti, lihat yang terjadi. Barreau, Oikonomopoulos, Benito, dan Balanta, segera lakukan gerakan serentak (formasi Pressing) untuk meniadakan ruang gerak dan menghentikan Meyer tanpa banyak cing-cong. Panah kuning merupakan indikasi arah Pressing.
3.3. Tidak ada tempat untuk bergerak. Empat pemain dengan Attribute mengagumkan mengepung seorang Meyer (https://ryantank100.wordpress.com/2014/06/08/analisa-pertandingan-yang-saya-lakukan-sebelum-selama-dan-sesudah-pertandingan/). Sekali lagi, perhatikan bagaimana narrow nya positioning pemain Dortmund. Tidak ada ruang tersisa.
4.1. Contoh lain Pressing. Meyer came deep untuk menerima bola di sisi kanan dalam pertahanan Madrid. Para pemain Dortmund segera lakukan Pressing positioning terhadap pemain terdekat, kecuali, pada Meyer yang lakukan comes deep to get ball sangat dalam. Tapi....... Lihat yang terjadi berikutnya.
4.2. Setelah bola diterima Meyer, Jonas Hoffman segera lakukan Pressing. Pemain lain Madrid berusaha mendekati Meyer untuk tawarkan opsi umpan. Tapi, pemain Dortmund telah mengantisipasinya. Mereka berusaha menjaga jarak jaga dengan pemain Madrid. Hoffman bergerak semakin dekat pada Meyer.
4.3. Meyer tidak punya banyak opsi. Semua ruang dan pemain Madrid dipress oleh pemain Dortmund. Hoffman semakin dekat pada Meyer, sementara semua pemain Madrid di dekatnya mendapatkan ruang cukup. Sehingga, untuk amannya (setidaknya menurut Meyer sendiri), ia lakukan umpan jauh ke ruang kosong di tengah. Ruang yang betul-betul kosong Haha..
4.4. Barbosa, striker Madrid berusaha turun menjemput bola, tapi, Oikonomospoulos telah mengantisipasinya. Interception. Segera dalam waktu singkat Dortmund menguasai bola. Ini merupakan salah satu tujuan Pressing, yaitu, memaksa musuh melakukan gerakan atau umpan atau tembakan yang sebenarnya tidak mereka kehendaki (tidak direncanakan) sebelumnya. Tapi, harus dilakukan, karena, tingginya intensitas tekanan yang diterima.
Anda sudah lihat bagaimana pentingnya Pressing untuk pertahanan dan serangan. Pressing yang efektif menjadi senjata mematikan bagi tim anda. Dari SS yang saya tampilkan di atas, anda mungkin akan berpikir, wah Pressing harus saya terapkan nih, Pressing bisa membantu saya menang nih, bro. Benar. Benar belaka semua pikiran seperti itu. Tapi, bro. Ada tapinya, nih. Seperti yang saya sampaikan di atas, Pressing merupakan sebuah gagasan, sebuah konsep, yang mana pada dasarnya Pressing merupakan sebuah usaha dalam merebut bola atau memaksa musuh kehilangan penguasaan bola. Dan pressing yang ideal, adalah, pressing yang dilakukan dari sebuah sistem, sebuah unit yang memerlukan pemain-pemain dengan kemampuan yang sesuai. Di sinilah letak kesulitan penerapan Pressing dalam FM.
Untuk mewujudkan Pressing yang maksimal, anda perlu menyerang. Dengan menyerang, secara natural, Defensive Line anda akan tinggi (jauh ke depan) yang mana memaksa musuh terkurung dalam area mereka sendiri. Bila anda lakukan Pressing, lawan anda terpaksa memainkan bola di pertahanan meraka, bahkan, sangat mungkin melakukan blunder di daerah sendiri. Artinya, anda lebih dekat dengan gawang lawan, artinya, banyak kesempatan untuk menyerang lebih cepat langsung ke gawang lawan. Tapi, bila tidak dilakukan dalam satu unit yang saling sambung-menyambung, Pressing hanya omong kosong belaka. Coklat rasa ta* kucing. Untuk membuat Pressing jadi sebuah coklat berasa coklat asli, anda harus lakukan Pressing sebagai sebuah unit. Untuk ini, anda perlu sebuah filosofi bermain yang sangat fluid, semakin fluid semakin ideal. Dalam FM, hal ini ditransformasikan ke dalam pemilihan fluidity. Yang paling fluid, adalah, Very Fluid. Nah, sudah tau kan apa kriteria utama berhasilnya anda menjalankan Fluidity-Very Fluid?
Di sisi lain, anda perlu instruksikan semua hal yang berhubungan dengan physical-play, macam higher tempo, Hassle Opponent, umpan cepat, dribble cepat, dan semua hal yang berhubungan dengan intensitas tinggi untuk mebuat musuh tertekan dan makin tertekan. Tau kan, untuk merealisasikan permainan sepert ini, jenis pemain apa yang anda butuhkan?
Perpaduan fluidity dan instruksi seperti yang tersebut di atas, mutlak merupakan media terbaik memainkan Pressing dalam FM. Tapi, perpaduan tersebut juga memerlukan tim dengan pemain-pemain dengan kemampuan berkelas + kemampuan anda untuk menyatukan mereka semua. Dan, ini tidak mudah untuk dicapai.
Sekedar info, bros. Saya berhasil memainkan strategi ini setelah 5-6 musim save. Saat itu, Reputation team sudah pada level atas (lihat pada inbox message ketika bursa taruhan merilis odd untuk urutan juara Liga Champions, bila anda berada pada peringkat satu, saat itulah Reputation team anda berada pada level teratas). Saya punya segalanya saat itu. Saya punya pemain belakang dengan Attacking Atrribute-combination yang super. Saya punya gelandang “pegulat” yang punya kecerdasan gelandang serang macam Wesley Schneijder. Saya punya gelandang serang dengan kemampuan Play Making dan kemampuan bertahan sekelas Daniel de Rossi. Dan, saya punya striker dengan tubuh kuat, besar, cepat, dan bisa diandalkan untuk turun bantu garis bertahan maupun lakukan Pressing pada bek lawan.
Ini yang buat Pressing saya berjalan sesuai instruksi. Ini yamg buat Pressing saya mengalir begitu enaknya. Ini yang buat saya berani memainkan senuah pola taktik Pressing berintensitas tinggi. Dan, saya butuh waktu bertahun-tahun untik mewujudkannya. Setelah 6 tahun baru saya bisa juara UCL. Pressing Play sangat membantu saya mewujudkannya.
Tapi, tanpa pemain sekaliber Dortmund dalam save saya, anda juga masih bisa terapkan taktik ini dalam tim anda. Bedanya, adalah, (1) anda butuh waktu lebih lama sebelum jiwa Pressing merasuk dalam tim anda, (2) level Pressing yang dihasilkan tidak akan selevel apa yang ditampilkan Dortmund dalam SS yang saya tampilkan di atas.
Lebih jelasnya, mari kita lihat bagaimana saya mencoba install taktik ini pada TSV 1860 Munich dalam save saya yang lain di kompetisi Germany Second Division.
5. Anda lihat positioning pemain saya (TSV 1860 berbaju Biru Muda). Dari positioning dalam SS, anda bisa evaluasi apakah Pressing High D-line yang anda rencanakan dilaksanakan oleh pemain. Dari SS ini, saya bisa katakan, Push Higher Up dan positioning pemain sudah mewakili apa yang saya inginkan (saat itu familiarity tactic masih jauh dari 100%).
6.1. Pressing high up field. Lihat penempatan posisi pemain-pemain TSV. Ini indikasi awal yang bagus untuk Pressing Play.
6.2 Pressing dilakukan. Tapi, intensitas dan konsistensi Pressing belum membuat pemain-pemain Paderborn kehilangan ruang dan arah permainan. Hasilnya, Strohdiek berhasil menemukan jalan untuk keluar dari tekanan.
6.3. Ziegler menerima bola dari Strohdiek, ia lalu berusaha keluar dari tekanan di daerah sendiri, dengan lakukan Run with Ball. Lihat posisi Bierofka yang out of position. Ini yang saya sebut Pressing dilakukan, tapi, efektifitasnya belum maksimal. Stahl yang berada paling dekat untuk one on one dengan Ziegler, akan lakukan covering. Di sinilah momennya anda akan melihat Gegenpressing ditampilkan.
6.4. Stahl menekan Ziegler. Stahl lantas mengambil alih penguasaan bola. Anda lihat betapa bebasnya Osako. Dalam konsep Gegenpressing, pemain dituntut lakukan tekanan secepatnya, merebut bola secepatnya, dan lakukan serangan balik secepatnya. Jurgen Klopp menyebutnya Heavy Metal style of play. Segera setelah merebut bola, Stahl alirkan bola pada Osako yang bebas.
6.5. Gegenpressing.... Stahl merebut bola di dalam pertahanan musuh, secepatnya, setelah itu, ia alirkan bola ke depan, kepada Osako. Osako berdiri bebas one on one dengan Kiper. Clear Cut Chance (CCC) di depan mata.
6.6. How did he manage to miss that? Ini yang saya sebut Gegenpressing dijalankan tapi tidak sempurna. Saya membayangkan, dalam momen ini, bila Lewandowski atau Mohemmed Ousmane (dari save Dortmund saya yang terakhir) yang berada dalam posisi Osako, sangat mungkin kejadiannya akan lain.
Untuk melihat apakah Pressing yang anda inginkan sudah ditampilkan dengan sempurna oleh para pemain, anda harus menonton pertandingan. Tidak bisa tidak. Anda harus pantau, analisa, dan evaluasi. Dalam partai ini, di kandang sendiri, saya kalah 0-1. Tapi, dari banyak momen, saya melihat Gegenpressing sudah coba dilakukan pemain, walaupun hasil akhirnya masih jauh dari harapan. Apa artinya? Artinya, saya harus berikan waktu lebih banyak bagi pemain anda untuk fit dengan konsep ini. Mungkin, saya juga harus lakukan beberapa penyesuaian. Selamat sore. #salamFM#
Ryantank100,
Konsep ini semakin populer di era sepakbola modern. Dari masa ke masa, perkembangan konsep pressing mengalami banyak perubahan (paling terutama ada pada intensitasnya). Anda bisa menemukan pressing mulai dari era AC Milan-nya Arrigo Sacchi dengan Corto Streco (Pendek Merapat), Borussia Dortmund-nya Jurgen Klopp dengan Gegenpressing (Counterpressing), Barcelonan-nya Pep Guardiola dengan 6 second rule, atau Jerman era Joachim Low.
Pressing merupakan salah satu alat paling mematikan dalam sepakbola modern. Pressing yang dikombinasikan dengan serangan cepat, merupakan kombinasi yang sangat membunuh. Setelah tim anda berhasil merebut bola, secepat itu pula anda lakukan serangan. Serang musuh ketika ia memejamkan matanya sekejap.
AC Milan lakukan pressing, Barcelona lakukan Pressing, Dortmund lakukan Pressing. Sepakbola modern berevolusi ke bentuk di mana Pressing Play semakin menemukan “rumahnya”.
Banyak gagasan Pressing diperlihatkan oleh manager kelas dunia, salah satu satu yg paling terkenal, adalah, “6 second rule” milik Pep Guardiola di Barcelona. Sebuah konsep yang bertujuan utama utk kembali menguasai bola dalam waktu sesingkat-singkatnya, setelah tim kehilangan bola. Di bawah 6 detik, pemain diharuskan membentuk sebuah formasi Pressing. Pemain-pemain terdekat ke pemegang bola melakukan pressing, dengan harapan musuh melakukan kesalahan (mistake), sehingga, tim mampu kembali menguasai bola. Coba lihat partai la Liga 2008-2009, Barca 4-0 Valencia, atau, Barca 3-1 MU (Final UCL 2011), di partai-partai ini peraturan 6 detik dijalankan dgn coeiamoeik.
Oleh Klopp, konsep ini “disempurnakan” (mungkin lebih tepat bila saya sebut diekstremkan). Klopp berkata, saat terbaik untuk kembali merebut bola, adalah, saat tim kehilangan bola, karena, saat itu musuh baru mulai mikir, bola mau dikemanain. Klopp ingin, saat kehilangan bola itulah, 1-3 pemain terdekat langsung lakukan pressing (bisa dengan body-charge atau hard-tackle), dengan tujuan utama, merebut kembali bola dalam waktu sesingkat mungkin dan langsung lakukan serangan balik (counter attack) secepat mungkin. Gol pertama Henrikh Mkhitaryan ke gawang Arsenal (UCL 2013), jadi salah 1 contoh. Gol Jakub Blazczykowski ke gawang Marseille (3-1) menjadi salah satu simbolisasi Gegenpressing Dortmund.
1.1. Lihat bagaimana pemain-pemain Dortmund dalam memposisikan diri. Ini jadi awal gol Dortmund ke gawang Arsenal. Sesaat setelah kehilangan bola, Reus dan Lewandowski langsung Closing Down Ramsey, kemudian bola diarahkan ke Miki yang berada di tengah.
Gegenpressing. Begitu Klopp menyebutnya. Bahasa Inggrisnya, kira-kira, Counterpressing. Bisa diduga, gagasan utamanya, yaitu, pressing dan counter (attack) secepatnya. Sebuah gagasan untuk sesegera mungkin menekan musuh begitu tim kehilangan bola dan melakukan serangan dengan jumlah sentuhan seminim mungkin. Sebuah dasar pikir hardcore, disampaikan Klopp dalam wawancaranya, Vollgasveranstaltungen!! Yang bila diterjemahkan, artinya, kira-kira, tempo tinggi (high tempo) dengan semangat menang atau mati (soul), menekankan pada Passing, Speed, Attacking, dan Closing Down. Aje buset mah, si Klopp!!
Lantas, bagaimana visualisasi Pressing saat anda terapkan ke dalam FM? Ini yang akan saya perlihatkan.
Pressing sekali lagi merupakan senjata yang sangat efektif. Dan sangat membantu tim meraih kemenangan. Ini merupakan fakta, baik di dalam dunia nyata maupun FM. Di dalam pertandingan FM, Pressing yang intens membantu anda membuat lawan anda Nervous. Bahkan, tanpa lawan merasa nervous pun, Pressing forces them to make mistake. Pressing merupakan sebuah konsep bermain yang bisa anda terapkan, baik dalam fase bertahan, fase menyerang, maupun fase peralihan di antara ke-duanya.
Sebelum jauh berbicara bagaimana kita bisa merealisasikan Pressing dalam FM, anda perlu sadari, bahwa, Pressing adalah juga seperti taktik lain, memerlukan kriteria-kriteria agar si taktik berjalan sesuai rencana.
Untuk memainkan Pressing, anda perlu pemain dengan attribute yang pas. Ini mutlak. Karena, pemain merupakan manusia yang membangun pondasi sistem sekaligus yang menjalankannya. Tim yang memiliki determinasi, mau bekerja keras, mampu bekerja kolektif, punya stamina, dan cerdas, merupakan tim yang sangat ideal untuk bermain High Intensity Pressing Play. Sekali lagi, dengan Attribute yang sesuai, Pressing lebih maksimal diterapkan.
Untuk memainkan pressing anda perlu melakukannya sebagai sebuah sistem, sebagai sebuah unit. Ini mutlak harus dipahami. Bukan hanya karena sepakbola merupakan olahraga kolektif. Tapi lebih dari itu, Pressing yang dilakukan sebagai sebuah unit yang saling mendukung akan menciptakan tekanan besar pada lawan. Pressing akan mencapai level di mana tim lawan merasa seakan-akan tidak ada ruang untuk bernapas atau sekedar menarik napas panjang sesaat.
Itulah Pressing yang ideal. Ada sistem dan ada pemain di dalamnya.
Mari kita lihat beberapa screen shot dari save saya. Dengan menampilkan screen shot, saya berharap anda dapatkan gambaran awal bagaimana Pressing bekerja dan bagaimana visualisasinya.
2.1. Perhatikan D-Line Block Dortmund. Tinggi ke dalam pertahanan Madrid. Panah kuning merupakan kemungkinan arah Pressing. Kebetulan, dalam partai ini saya gunakan Assymetris Formation 4-1-2-2-1 (MR dan AML). Saya pikir, kombinasi Assymetric-Formation ditambah instruksi konsep Pressing, memaksa Kiper Madid mengarahkan bola ke kanan. MR saya berposisi awal lebih ke dalam agak jauh dari LB Madrid, ketimbang AML yang lebih advanced dan dekat dengan RB Madrid. Apa yang terjadi selanjutnya...... Lihat pada SS ke-dua dan tiga di bawah.
2.2. Begitu Luka Glumac menerima bola, saat itu pula Ousmane menggunakan kecepatannya yang mengagumkan untuk lakukan Pressing. Lihat juga 2 kemungkinan Pressing lainnya yang sudah menunggu, dari Lukaku dan Kujevic.
2.3. Jebret.... Ousmane mengambil alih bola dari kaki Glumac. Kebetulan, Glumac (bila anda ikuti tulisan saya https://ryantank100.wordpress.com/2014/06/08/analisa-pertandingan-yang-saya-lakukan-sebelum-selama-dan-sesudah-pertandingan/ anda bisa temukan analisa saya terhadap Luka Glumac) merupakan salah satu titik lemah dalam partai ini. Kelemahan Glumac ditambah individual skill Ousmane, membuat sisi kiri belakang Madrid mejadi salah satu area paling empuk.
3.1. Berikutnya, saya perlihatkan bagaimana Pressing bekerja di pertahanan. Bakkali, MR Madrid, mencoba eksploitasi sisi kiri pertahanan. Ada Balanta dan Benito di sana. Sesaat Bakkali Hold Up Ball untuk mencari alternatif lain. Bila anda lihat panah kuning, itu merupakan kemungkinan gerakan Defensive Movement pemain Dortmund. Perhatikan Narrow-nya positioning pemain. Bila anda analisa dan perhatikan Pressing-play (termasuk di dunia nyata), anda akan temukan bentuk penempatan posisi dan jarak antar pemain yang sangat narrow.
3.2. Bakkali memberikan bola pada Meyer (RB) yang lakukan Run From Deep. Saat Meyer mendapatkan bola dan berusaha masuk kotak penalti, lihat yang terjadi. Barreau, Oikonomopoulos, Benito, dan Balanta, segera lakukan gerakan serentak (formasi Pressing) untuk meniadakan ruang gerak dan menghentikan Meyer tanpa banyak cing-cong. Panah kuning merupakan indikasi arah Pressing.
3.3. Tidak ada tempat untuk bergerak. Empat pemain dengan Attribute mengagumkan mengepung seorang Meyer (https://ryantank100.wordpress.com/2014/06/08/analisa-pertandingan-yang-saya-lakukan-sebelum-selama-dan-sesudah-pertandingan/). Sekali lagi, perhatikan bagaimana narrow nya positioning pemain Dortmund. Tidak ada ruang tersisa.
4.1. Contoh lain Pressing. Meyer came deep untuk menerima bola di sisi kanan dalam pertahanan Madrid. Para pemain Dortmund segera lakukan Pressing positioning terhadap pemain terdekat, kecuali, pada Meyer yang lakukan comes deep to get ball sangat dalam. Tapi....... Lihat yang terjadi berikutnya.
4.2. Setelah bola diterima Meyer, Jonas Hoffman segera lakukan Pressing. Pemain lain Madrid berusaha mendekati Meyer untuk tawarkan opsi umpan. Tapi, pemain Dortmund telah mengantisipasinya. Mereka berusaha menjaga jarak jaga dengan pemain Madrid. Hoffman bergerak semakin dekat pada Meyer.
4.3. Meyer tidak punya banyak opsi. Semua ruang dan pemain Madrid dipress oleh pemain Dortmund. Hoffman semakin dekat pada Meyer, sementara semua pemain Madrid di dekatnya mendapatkan ruang cukup. Sehingga, untuk amannya (setidaknya menurut Meyer sendiri), ia lakukan umpan jauh ke ruang kosong di tengah. Ruang yang betul-betul kosong Haha..
4.4. Barbosa, striker Madrid berusaha turun menjemput bola, tapi, Oikonomospoulos telah mengantisipasinya. Interception. Segera dalam waktu singkat Dortmund menguasai bola. Ini merupakan salah satu tujuan Pressing, yaitu, memaksa musuh melakukan gerakan atau umpan atau tembakan yang sebenarnya tidak mereka kehendaki (tidak direncanakan) sebelumnya. Tapi, harus dilakukan, karena, tingginya intensitas tekanan yang diterima.
Anda sudah lihat bagaimana pentingnya Pressing untuk pertahanan dan serangan. Pressing yang efektif menjadi senjata mematikan bagi tim anda. Dari SS yang saya tampilkan di atas, anda mungkin akan berpikir, wah Pressing harus saya terapkan nih, Pressing bisa membantu saya menang nih, bro. Benar. Benar belaka semua pikiran seperti itu. Tapi, bro. Ada tapinya, nih. Seperti yang saya sampaikan di atas, Pressing merupakan sebuah gagasan, sebuah konsep, yang mana pada dasarnya Pressing merupakan sebuah usaha dalam merebut bola atau memaksa musuh kehilangan penguasaan bola. Dan pressing yang ideal, adalah, pressing yang dilakukan dari sebuah sistem, sebuah unit yang memerlukan pemain-pemain dengan kemampuan yang sesuai. Di sinilah letak kesulitan penerapan Pressing dalam FM.
Untuk mewujudkan Pressing yang maksimal, anda perlu menyerang. Dengan menyerang, secara natural, Defensive Line anda akan tinggi (jauh ke depan) yang mana memaksa musuh terkurung dalam area mereka sendiri. Bila anda lakukan Pressing, lawan anda terpaksa memainkan bola di pertahanan meraka, bahkan, sangat mungkin melakukan blunder di daerah sendiri. Artinya, anda lebih dekat dengan gawang lawan, artinya, banyak kesempatan untuk menyerang lebih cepat langsung ke gawang lawan. Tapi, bila tidak dilakukan dalam satu unit yang saling sambung-menyambung, Pressing hanya omong kosong belaka. Coklat rasa ta* kucing. Untuk membuat Pressing jadi sebuah coklat berasa coklat asli, anda harus lakukan Pressing sebagai sebuah unit. Untuk ini, anda perlu sebuah filosofi bermain yang sangat fluid, semakin fluid semakin ideal. Dalam FM, hal ini ditransformasikan ke dalam pemilihan fluidity. Yang paling fluid, adalah, Very Fluid. Nah, sudah tau kan apa kriteria utama berhasilnya anda menjalankan Fluidity-Very Fluid?
Di sisi lain, anda perlu instruksikan semua hal yang berhubungan dengan physical-play, macam higher tempo, Hassle Opponent, umpan cepat, dribble cepat, dan semua hal yang berhubungan dengan intensitas tinggi untuk mebuat musuh tertekan dan makin tertekan. Tau kan, untuk merealisasikan permainan sepert ini, jenis pemain apa yang anda butuhkan?
Perpaduan fluidity dan instruksi seperti yang tersebut di atas, mutlak merupakan media terbaik memainkan Pressing dalam FM. Tapi, perpaduan tersebut juga memerlukan tim dengan pemain-pemain dengan kemampuan berkelas + kemampuan anda untuk menyatukan mereka semua. Dan, ini tidak mudah untuk dicapai.
Sekedar info, bros. Saya berhasil memainkan strategi ini setelah 5-6 musim save. Saat itu, Reputation team sudah pada level atas (lihat pada inbox message ketika bursa taruhan merilis odd untuk urutan juara Liga Champions, bila anda berada pada peringkat satu, saat itulah Reputation team anda berada pada level teratas). Saya punya segalanya saat itu. Saya punya pemain belakang dengan Attacking Atrribute-combination yang super. Saya punya gelandang “pegulat” yang punya kecerdasan gelandang serang macam Wesley Schneijder. Saya punya gelandang serang dengan kemampuan Play Making dan kemampuan bertahan sekelas Daniel de Rossi. Dan, saya punya striker dengan tubuh kuat, besar, cepat, dan bisa diandalkan untuk turun bantu garis bertahan maupun lakukan Pressing pada bek lawan.
Ini yang buat Pressing saya berjalan sesuai instruksi. Ini yamg buat Pressing saya mengalir begitu enaknya. Ini yang buat saya berani memainkan senuah pola taktik Pressing berintensitas tinggi. Dan, saya butuh waktu bertahun-tahun untik mewujudkannya. Setelah 6 tahun baru saya bisa juara UCL. Pressing Play sangat membantu saya mewujudkannya.
Tapi, tanpa pemain sekaliber Dortmund dalam save saya, anda juga masih bisa terapkan taktik ini dalam tim anda. Bedanya, adalah, (1) anda butuh waktu lebih lama sebelum jiwa Pressing merasuk dalam tim anda, (2) level Pressing yang dihasilkan tidak akan selevel apa yang ditampilkan Dortmund dalam SS yang saya tampilkan di atas.
Lebih jelasnya, mari kita lihat bagaimana saya mencoba install taktik ini pada TSV 1860 Munich dalam save saya yang lain di kompetisi Germany Second Division.
5. Anda lihat positioning pemain saya (TSV 1860 berbaju Biru Muda). Dari positioning dalam SS, anda bisa evaluasi apakah Pressing High D-line yang anda rencanakan dilaksanakan oleh pemain. Dari SS ini, saya bisa katakan, Push Higher Up dan positioning pemain sudah mewakili apa yang saya inginkan (saat itu familiarity tactic masih jauh dari 100%).
6.1. Pressing high up field. Lihat penempatan posisi pemain-pemain TSV. Ini indikasi awal yang bagus untuk Pressing Play.
6.2 Pressing dilakukan. Tapi, intensitas dan konsistensi Pressing belum membuat pemain-pemain Paderborn kehilangan ruang dan arah permainan. Hasilnya, Strohdiek berhasil menemukan jalan untuk keluar dari tekanan.
6.3. Ziegler menerima bola dari Strohdiek, ia lalu berusaha keluar dari tekanan di daerah sendiri, dengan lakukan Run with Ball. Lihat posisi Bierofka yang out of position. Ini yang saya sebut Pressing dilakukan, tapi, efektifitasnya belum maksimal. Stahl yang berada paling dekat untuk one on one dengan Ziegler, akan lakukan covering. Di sinilah momennya anda akan melihat Gegenpressing ditampilkan.
6.4. Stahl menekan Ziegler. Stahl lantas mengambil alih penguasaan bola. Anda lihat betapa bebasnya Osako. Dalam konsep Gegenpressing, pemain dituntut lakukan tekanan secepatnya, merebut bola secepatnya, dan lakukan serangan balik secepatnya. Jurgen Klopp menyebutnya Heavy Metal style of play. Segera setelah merebut bola, Stahl alirkan bola pada Osako yang bebas.
6.5. Gegenpressing.... Stahl merebut bola di dalam pertahanan musuh, secepatnya, setelah itu, ia alirkan bola ke depan, kepada Osako. Osako berdiri bebas one on one dengan Kiper. Clear Cut Chance (CCC) di depan mata.
6.6. How did he manage to miss that? Ini yang saya sebut Gegenpressing dijalankan tapi tidak sempurna. Saya membayangkan, dalam momen ini, bila Lewandowski atau Mohemmed Ousmane (dari save Dortmund saya yang terakhir) yang berada dalam posisi Osako, sangat mungkin kejadiannya akan lain.
Untuk melihat apakah Pressing yang anda inginkan sudah ditampilkan dengan sempurna oleh para pemain, anda harus menonton pertandingan. Tidak bisa tidak. Anda harus pantau, analisa, dan evaluasi. Dalam partai ini, di kandang sendiri, saya kalah 0-1. Tapi, dari banyak momen, saya melihat Gegenpressing sudah coba dilakukan pemain, walaupun hasil akhirnya masih jauh dari harapan. Apa artinya? Artinya, saya harus berikan waktu lebih banyak bagi pemain anda untuk fit dengan konsep ini. Mungkin, saya juga harus lakukan beberapa penyesuaian. Selamat sore. #salamFM#
Ryantank100,
Post a Comment